skip to main content

Analisis Sebaran Daerah Rawan Longsor Menggunakan Remote Sensing dan Analytical Hierarchy Process (AHP) di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah

Departmen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia

Received: 20 Nov 2020; Revised: 7 Dec 2020; Accepted: 8 Dec 2020; Available online: 10 Dec 2020; Published: 10 Dec 2020.
Open Access Copyright (c) 2020 Jurnal Geosains dan Teknologi under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

Kabupaten Magelang merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki intensitas longsor tinggi. Selama tahun 2017-2019 terjadi tanah longsor sebanyak lebih dari 500 kejadian di Kabupaten Magelang. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berupaya untuk memberikan gambaran persebaran daerah rawan longsor pada Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan 4 parameter penyebab terjadinya tanah longsor yaitu parameter kelerengan, parameter litologi, parameter curah hujan, dan parameter tutupan lahan. Parameter tersebut didapatkan dari beberapa metode yang meliputi: pengolahan data citra penginderaan jauh, pengolahan data sistem informasi geografis, dan validasi lapangan. Hasil dari tiap parameter kemudian diberikan bobot dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan hasil akhir berupa peta rawan longsor. Berdasarkan hasil pengolahan yang dilakukan, diketahui sebanyak 10 kecamatan pada Kabupaten Magelang memiliki kelas rawan longsor tinggi, 5 kecamatan termasuk pada kelas sedang, dan 6 kecamatan lainnya termasuk dalam kelas rendah. Tahap validasi dilakukan dengan membandingkan hasil analisis peta dengan data kejadian tanah longsor Kabupaten Magelang 3 tahun terakhir menggunakan matriks konfusi. Hasil dari validasi peta sebaran daerah rawan longsor memiliki akurasi 80,95%, yang artinya tingkat akurasi antara data hasil analisis peta dengan data validasi lapangan baik.

 

Fulltext View|Download
Keywords: Analytical Hierarchy Process (AHP); Kabupaten Magelang; penginderaan jauh; tanah longsor
Funding: Universitas Diponegoro

Article Metrics:

  1. ASPRS. 2007. Digital Elevation Model Technologies and Aplication : The DEM Users Manual. 2nd Edition (red)David F.maune. Bethesdha: Maryland
  2. Badan Informasi Geospasial. 2011. DEMNAS Kabupaten Magelang dan sekitarnya, dari ( http://tides.big.go.id/DEMNAS/)
  3. Badan Informasi Geospasial. 2008. DEMNAS Seamless Digital Elevation Model (DEM) dan Batimetri Nasional, dari http://tides.big.go.id/DEMNAS/ (diakses pada 13 Maret 2020)
  4. BDPJN LAPAN. 2018. Deskripsi Dataset – SPOT 6. Jakarta ( http://bdpjn-catalog.lapan.go.id/catalog/help/bdpjn-deskripsi.html)
  5. Bera, S., Guru, B., dan Ramesh, V. 2018. Evaluation pf landslides susceptibility models: a comparative study on the part of Western Ghat Region,India. Remote Sensing Applications: Society and Environment
  6. BNPB, 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana nomor 02 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana
  7. BPBD Kabupaten Magelang, 2020. Histori Kejadian Longsor Kabupaten Magelang tahun 2017-2019. ( http://sikk.bpbdmagelang.id/)
  8. CHC (Climate Hazard Center), 2020. CHIRPS (Climate Hazards Group InfraRed Precipitation with Station) 2.0 tahun 2015-2019. UC Santa Barbara
  9. Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, 1986. Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah. Jakarta: Departemen Kehutanan
  10. Febrianti, N., Pasaribu, J. Mo., dan Sulma, S., 2015. Analisis Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta Menggunakan Data SPOT 6. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan Masyarakat Ahli Penginderaan Jauh Indonesia XXII
  11. Funk, C., Peterson, P., Landsfeld, M., Pedreros, D., Verdin, J., Shukla, S., Husak, G., Rowland, J., Harrison, L., Hoell, A., dan Michaelsen, J., 2015. The Climate Hazards Infrared Precipitation with Station - a New Environmental Record For Monitoring Extremes. Earth System Science Data, 2:150066
  12. Gorum, T., Fan, X., van Westen, C.J., Huang, R.Q., Xu, Q., Chuan, T., dan Wang, G., 2011. Distribution Pattern of Earthquake-Induced Landslides triggered by the 12 May 2008 Wenchuan Earthquake. Geomorphology 133, 152-167
  13. Gorum, T., Korup, O., van Westen, C.J., van der Meijede, M., Xu, C., dan van der Meer, F.D., 2014. Why so few? Landslides triggered by the 2002 Denali earthquake, Alaska. Quaternary Science Review 95, hal.80-94
  14. Kayastha, P., Dhital, M.R., dan Smedt, F.D., 2019. Application of the analytical hierarchy process (AHP) for landslide susceptibility mapping: A case study from the Tinau watershed, west Nepal. Computers & Geosciences 52, hal.398-408
  15. LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). 2018. Citra SPOT 6 Pan Sharpening daerah Kabupaten Magelang dan Sekitarnya
  16. Lodhi, M.A. 2011. Earhtquake-induced landslides mapping in the western Himalays using medium resolution ASTER imagery. International Journal of Remote Sensing 32(19), hal.5331-5346
  17. Owen, L.A., Kamp, U., Khattak, G.A., Harp, E.L., Keefer, D.K., dan Bauer, M.A. 2008. Landslides triggered by the October 8, 2005, Kashmir earthquake. Geomorphology 94, hal.1–9
  18. Permen PU No.22/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Bencana Tanah Longsor. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang
  19. Pradhan, B. 2010. Remote sensing and GIS-based landslide hazard analysis and cross-validation using multivariate logistic regression model on three test areas in Malaysia. Advances in Space Research 45, hal. 1244–1256
  20. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2004. Laporan Akhir Pengkajian Potensi Bencana Kekeringan, Banjir dan Longsor di Kawasan Satuan Wilayah Sungai Citarum-Ciliwung, Jawa Barat Bagian Barat Berbasis Sistem Informasi Geografi. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat
  21. Rafi’i. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Penerbit Angkasa
  22. Saaty, T.L. 1994. The Fundamental of Decision Making and Priority Theory With the Analytic Hierarchy Process. Pitssburgh: RWS Publications
  23. Surono. 2013. Peta Geologi Hasil Interpretasi Citra Inderaan Jauh Ambarawa, Purworejo dan Magelang Jawa Tengah skala 1 : 50.000. Bandung: Pusat Survei Geologi
  24. Temesgen, B., Mohammed, M.U., dan Korme. T. 2001. Natural Hazard Assessment Using GIS and Remote Sensing Methods, with Particular Reference to the Landslides in the Wondogenet Area, Ethiopia. Physics and Chemistry of the Earth (C), 26(9), hal. 665-615
  25. Yalcin, A. 2008. GIS-based landslide susceptibility mapping using analytical hierarchy processand bivariate statistics in Ardesen (Turkey): Comparisons of results and confirmation. Catena 72, hal.1-12
  26. Zhang, G., Cai, Y., Zheng, Z., Liu, Y., dan Huang, K. 2016. Integration of the Statistical Index Method and the Analytic Hierarchy Process technique for the assessment of landslide susceptibility in Huizhou, China. Catena 142, hal.233-244

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.