skip to main content

Pertahanan dan Keamanan di Selat Malaka Terhadap Meningkatnya Tren Piracy dan Konsistensi Kebijakan Publik serta Konsesi Wilayah Litoral State

*Probo Darono Yakti  -  Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Airlangga || Indonesia, Universitas Airlangga, Indonesia
Published: 1 Oct 2017.

Citation Format:
Abstract

Hadirnya pembajakan di Selat Malaka bukan merupakan hal yang baru. Orang laut merupakan sekumpulan perompak yang tunduk atas nama negara sebagai privateer pada masa Kerajaan Melayu. Kehadirannya resmi dan mendistribusikan ‘pajak’ lewat kapal-kapal niaga untuk dibagi hasil dengan negara sebagai otoritas tertinggi. Saat ini eksistensi pembajakan di Selat Malaka dipandang sebagai sesuatu yang bernada negatif, hal ini mengingat Selat Malaka merupakan sea line of communication terpenting di dunia yang menghubungkan pelayaran dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik begitu pula sebaliknya. Indonesia sebagai salah satu negara yang bertanggung jawab di atasnya masih menemukan formulasi yang tepat bagaimana mengatasi persoalan ini. Mulai dari pembentukan instrumen hukum di dalam negeri, implementasi dari hukum, hingga kerangka kerja sama dengan negara tetangga. Tiga elemen penting ini kemudian mendapatkan hambatan dan tantangan dari persoalan domestik seperti kurangnya efektivitas akibat banyaknya stakeholder yang berkepentingan dalam kebijakan penegakan hukum di atas laut terhadap para pembajak. Kehadiran Bakamla beserta TNI-AL dan Polair dapat menjadi contoh, betapa pemerintah belum bisa membagi tugas siapa penegak hukum di atas perairan, patroli rutin, dan fungsi angkatan laut sebagai blue-water navy. Untuk itu masuknya Indonesia dalam kerja sama patroli ReCAAP dan ASEAN Maritime Forum adalah dua dari beberapa opsi yang dapat ditempuh Indonesia untuk menegakkan kedaulatan di atas perairan dan memandu Indonesia untuk meraih visi kejayaan maritim di bawah Presiden Joko Widodo, Poros
Maritim Dunia.


Kata kunci: Pembajakan, Poros Maritm, Pertahanan dan Keamanan, ReCAAP, ASEAN Maritime For um.

Fulltext View|Download

Article Metrics:

  1. Susilo, Ignasius Basis (ed.), 2015. Kemaritiman Indonesia: Problem Dasar Strategi Kemaritiman Indonesia. Surabaya: CSGS
  2. David Churchman, 2005. Why We Fight: Theories of Human Aggression and Conflict. Lanham: University Press of America
  3. AntaraNews.com, 2014. Di EAS, Jokowi beberkan lima pilar Poros MariƟm Dunia. Kamis, 1 3 November 2014 13:41 WIB. [Online]. Tersedia dalam:
  4. hƩp://www.antaranews.com/berita/464097/di-eas-jokowi-beberkan-lima-pilar-porosmariƟm-dunia (Diakses pasa 28 Desember 2015)
  5. Commercial Crime Services, t.t. “IMB Piracy ReporƟng Centre”. [Online]. Tersedia dalam: hƩps://icc-ccs.org/piracy-reporƟng-centre (Diakses pada tanggal 11 Desember 2015). InternaƟonal Criminal Court. 2015
  6. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2015. “Data penenggelaman kapal update 31 Oktober 2015”. [PDF]. Tersedia dalam:
  7. hƩp://djpsdkp.kkp.go.id/public/upload/files/datapenenggelaman-kapal-up-date-31- oktober-2015.pdf (Diakses pada tanggal 11 Desember 2015)
  8. Kementerian Luar Negeri. 2015. “RENSTRA KEMENLU 2015 2019 FINAL DONE 220415”. [PDF]. Tersedia dalam: hƩp://www.kemlu.go.id/Documents/RENSTRA_PK_LKJ/RENSTRA%20KEMENLU%20201 5%202019%20FINAL%20DONE%20220415.pdf (Diakses pada tanggal 11 Desember 2015)
  9. Liss, Caroline. 2007. “The PrivaƟsaƟon of MariƟme Security MariƟme Security in Southeast Asia: Between a rock and a hard place?” Asia Research Centre, Working Paper, No.141, February 2007. [PDF]. Tersedia dalam:hƩp://www.murdoch.edu.au/ResearchcapabiliƟes/AsiaResearchCentre/_document/wo rking-papers/wp141.pdf (Diakses pada tanggal 11 Desember 2015)

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.