skip to main content

PENGARUH KONSENTRASI DAN KOMBINASI JENIS TEPUNG SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MUTU PETIS DARI AIR REBUSAN RAJUNGAN

*Syarifah Mumtazah  -  Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
Romadhon Romadhon  -  Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
Slamet Suharto  -  Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
Open Access Copyright 2021 Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan

Citation Format:
Abstract
Air rebusan rajungan mengandung berbagai zat gizi terlarut dari rajungan. Pemanfaatan air rebusan rajungan salah satunya dengan mengolah menjadi petis. Petis merupakan produk semi padat yang dikentalkan dari hasil samping perebusan ikan atau udang. Proses pembuatan petis perlu ditambahkan bahan pengisi untuk mengurangi bau amis dan mempercepat proses pemasakan. Bahan pengisi tepung terigu merupakan perlakuan yang paling disukai oleh konsumen, namun menghasilkan tekstur yang kurang kental. Penambahan tepung beras dan tapioka diharapkan mampu memperbaiki tekstur dan mutu petis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi dan kombinasi jenis tepung sebagai bahan pengisi terhadap karakteristik petis rajungan. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan perlakuan perbedaan komposisi (tepung terigu dengan tepung beras dan tepung terigu dengan tepung tapioka) dan konsentrasi (5%; 7,5%; 10%) bahan pengisi serta 3 kali pengulangan. Mutu petis rajungan dilihat melalui uji kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar asam glutamat, viskositas, dan hedonik. Hasil penelitian menunjukkan petis rajungan dengan penambahan konsentrasi dan kombinasi jenis tepung yang berbeda berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap mutu kimiawi secara keseluruhan dan hedonik pada parameter kenampakan dan tekstur. Perbedaan konsentrasi dan kombinasi jenis tepung mempengaruhi mutu petis dan bahan pengisi terbaik adalah kombinasi tepung terigu dan tepung tapioka konsentrasi 7,5% dengan nilai kadar air 49,31%; kadar abu 1,02%; kadar protein 10,70%; kadar asam glutamat 5,15%; nilai viskositas 5961cP; dan hedonik 6,92.
Fulltext View|Download
Keywords: : air rebusan rajungan, mutu petis, tepung beras, tepung tapioka
Funding: Universitas Diponegoro

Article Metrics:

  1. Apriani, D., Gusnaedi., dan Darvina, Y. 2013. Studi tentang nilai viskositas madu hutan dari beberapa daerah di sumatera barat untuk mengetahui kualitas madu. Pillar of physics. 2: 91-98
  2. Apriliani, P., Haryati S., dan Sudjatinah. 2019. Berbagai konsentrasi tepung maizena terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik petis udang. Jurnal Teknologi Pertanian. Universitas Semarang. 1-9
  3. Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N. L., Sedamawati, dan Budiyanto, S. 1989. Analisis Pangan. IPB Press. Bogor
  4. AOAC. 2005. Official Methods Of The Asociation Of Official Agriculture Chemist. AOAC Inc. Arlington, Virginia, USA: Association of Official Analytical Chemist, Inc
  5. Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2006. Standar Nasional Indonesia No.01- 2354.4:2006. Cara Uji Kimia-Bagian 4: Penentuan Kadar Protein dengan Metode Total Nitrogen pada Produk Perikanan. Jakarta
  6. Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2010. Standar Nasional Indonesia No. 2354.1:2010. Cara Uji Kimia- Bagian 1: Penentuan Kadar Abu dan Abu Tak Larut dalam Asam pada Produk Perikanan. Jakarta
  7. Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2011. Standar Nasional Indonesia No. 2346. 2011. Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori pada Produk Perikanan. Jakarta
  8. Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2013. Standar Nasional Indonesia No.2908.2013. Cara Uji Kimia-Bagian 2: Penentuan Kadar Air pada Produk Perikanan. Jakarta
  9. Diana, F. M. 2009. Fungsi dan metabolisme protein dalam tubuh manusia. Jurnal Kesehatan Masyarakat 4(1): 47-52
  10. Fajrita, I., Junianto., dan Sriati. 2016. Tingkat kesukaan petis dari cairan hasil pemindangan bandeng dengan penambahan tepung tapioka yang berbeda. Jurnal Perikanan Kelautan 7(2): 121-127
  11. Fakhrudin, A. 2009. Pemanfaatan air rebusan kupang putih (Corbula faba Hinds) untuk pengolahan petis dengan penambahan berbagai pati-patian. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
  12. Firdaus, F., Padaga, M. C., dan Susilo, A. 2016. Kualitas petis daging dengan sumber pati berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 11(1): 8-21
  13. Hidyati, A. A., Sumardianto, dan Romadhon. 2016. Penambahan tinta cumi-cumi (Loligo sp) dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kualitas petis limbah ikan pindang. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan 5(1): 1-7
  14. Imanningsih, N. 2012. Profil gelatinisasi beberapa formulasi tepung-tepungan untuk pendugaan sifat pemasakan. Jurnal Panel Gizi Makan 35(1): 13-22
  15. Isnaeni, A. N., Swastawati, F., dan Rianingsih, L. 2014. Pengaruh penambahan tepung yang berbeda terhadap kualitas produk petis dari cairan sisa pengukusan bandeng (Chanos chanos Forsk) presto. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan 3(3): 40-46
  16. Kurtanty, D., Faqih, D. M., dan Upa, N. P. 2018. Review monosodium glutamat. jakarta: primer koperasi IDI. 50 hal
  17. Leviana, W., dan Paramita, V. 2017. Pengaruh suhu terhadap kadar air dan aktivitas air dalam bahan pada kunyit (Curcuma Longa) dengan alat pengering electrical oven. Jurnal Metana 13(2): 37-44
  18. Multazam. 2002. Prospek pemanfaatan cangkang rajungan (Portunus sp.) sebagai suplemen pakan ikan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
  19. Parini. 2012. Proses produksi kerupuk labu kuning. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret, Surakarta
  20. Poernomo, D., Suseno, S. H., dan Wijatmoko, A. 2004. Pemanfaatan asam cuka, jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) untuk mengurangi bau amis petis ikan layang (Decapterus spp.). Buletin Teknologi Hasil Perikanan 8(2):11- 18
  21. Pratiwi, F. Y., Susilo, A., dan Padaga, M. C. 2015. Penggunaan tepung beras dan gula merah pada pembuatan petis daging. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 10(2): 1-17
  22. Risti, Y., dan Rahayuni, A 2013. Pengaruh penambahan telur terhadap kadar protein, serat, tingkat kekenyalan dan penerimaan mie basah bebas gluten berbahan baku tepung komposit. (tepung komposit : tepung mocaf, tapioka dan maizena). Journal of Nutrition College. 2(4): 696-703
  23. Rochima, E. 2014. Kajian pemanfaatan limbah rajungan dan aplikasinya untuk bahan minuman kesehatan berbasis kitosan. Jurnal Akuatika 1(1): 71-82
  24. Setianto, Y. C., Pramono, Y. B., dan Mulyani, S. 2014. Nilai pH, viskositas, dan tekstur yoghurt drink dengan penambhana ekstrak salak pondoh (Salacca zalacca). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3(3): 110-113
  25. Sukmaningsih, A. A. Sg. A., Ermayanti, I. G. A. M., Wiratmini, N. I., dan Sudatri. N. W. 2011. Gangguan spermatogenesis setelah pemberian monosodium glutamat pada mencit (Mus musculus L.). Jurnal Biologi 15(2):49-52
  26. Uju, B. I., Trilaksani, W., Nurhayati, T., dan Purbosari, N. 2009. Proses recovery dan pemekatan bahan penyedap dari limbah cair pengolahan rajungan dengan osmosis balik. Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 4(2): 177-187
  27. Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia. 251 hal

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.