skip to main content

Politik Penguasaan Teknologi: Jalan Keluar dari Stigmatisasi Negara Berkembang di Regional Asia

*Bagus Pradana  -  Ifada Initiative, Indonesia
Open Access Copyright 2019 JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan under https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/.

Citation Format:
Abstract

Tulisan ini berkeinginan untuk menjelaskan bagaimana stigmatisasi sebagai negara berkembang di regional Asia bisa terjadi dan secara bersamaan menujukkan adanya peluang untuk keluar dari keadaan tersebut. Sebagaimana diketahui bersama, nyaris semua rujukan negara maju adalah negara-negara di Eropa dan Amerika, yang memiliki tingkat kemutahiran terhadap teknologi yang tinggi. Berangkat dari poin tersebut, maka penulis melakukan kajian pustaka untuk melihat bagaimana politik penguasaan teknologi berkembang di Asia. Pengalaman perusahaan Acer dan perusahaan rintisan Gojek, menjadi pelajaran berharga bahwa negara-negara di regional Asia harus mulai keluar dari jebakan komoditas, terutama yang masih berkutat pada industri barang mentah. Dengan politik penguasaan teknologi inilah, sebuah negara bisa duduk sejajar dalam pergaulan global.

 

Fulltext View|Download
Keywords: Asia; Acer; Gojek; jebakan komoditas; negara berkembang; politik penguasaan teknologi

Article Metrics:

  1. CNN Indonesia. (2017). Gojek Bersiap Ekspansi ke Empat Negara Asia Tenggara. Diakses pada 19 Agustus 2018, dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171002162314-206-245599/gojek-bersiap-ekspansi-ke-empat-negara-asia-tenggara
  2. Economic and Social Council. (2018). Summary of the Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 2018. United Nations. Diunduh dari http://www.regionalcommissions.org/ESCAPsurv18.pdf
  3. Felipe, J., Kumar, U., & Abdon, A. (2010). How rich countries became rich and why poor countries remain poor: It’s the economic structure…duh! Japan and the World Economy, 29, 46–58. https://doi.org/10.1016/j.japwor.2013.11.004
  4. Goh, E., & Simon, S. W. (Eds.). (2008). China, the United States, and Southeast Asia: Contending Perspectives on Politics, Security, and Economics. New York: Routledge
  5. Hidalgo, C. A., Klinger, B., Barabási, A.-L., & Hausmann, R. (2007). The Product Space Conditions the Development of Nations. American Association for the Advancement of Science, 217(587), 482–487. https://doi.org/10.1126/science.1144581
  6. Majumdar, S., Guha, S., & Marakkath, N. (Eds.). (2015). Technology and Innovation for Social Change. Springer
  7. Mann, L., & Chan, J. (Eds.). (2011). Creativity and innovation in business and beyond: Social science perspectives and policy implications. New York: Routledge. https://doi.org/10.4324/9780203833063
  8. Martel, A., & Klibi, W. (2016). Designing Value-Creating Supply Chain Networks. Cham: Springer
  9. Mathew, J. A. (2002). Dragons Multinational a New Models for Global Growth. Oxford: Univercity Press
  10. Octavia, M. (2017). Ekspansi Bisnis Go-Jek, dari Ojek ke Fintech. Diakses pada 11 Agustus 2018, dari https://katadata.co.id/infografik/2017/12/29/ekspansi-bisnis-go-jek-dari-ojek-ke-fintech
  11. Perez, C. (2001). Technological Change and Opportunities for Developments as a Moving Targe. Cheltenham: Cepal Review
  12. Stiglitz, J. E., & Yusuf, S. (Eds.). (2001). Rethinking the East Asian Miracle. World Bank Publications
  13. United Nations Development Programme. (2018). Human Development Indices and Indicator: 2018 Statistical Update. New York: UNDP. Diunduh dari http://hdr.undp.org/sites/default/files/2018_human_development_statistical_update.pdf
  14. Yi, T. (2010). The Oil and Gas Service Industry in Asia: A Comparison of Business Strategies. New York: Palgrave Macmillan
  15. Zysman, J. (2014). Escaping the Commodity Trap: Toward Sustainable Growth. Dalam the BRIE-ETLA Conference on August 29. Diunduh dari https://www.etla.fi/wp-content/uploads/BRIE-ETLA-29-Aug-2014-Position-Paper.pdf

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.