BibTex Citation Data :
@article{IJOCE11392, author = {Firman Ramadhan and Kunarso Kunarso and Anindya Wirasatriya and Lilik Maslukah and Gentur Handoyo}, title = {Perbedaan Kedalaman dan Ketebalan Lapisan Termoklin pada Variabilitas ENSO, IOD dan Monsun di Perairan Selatan Jawa}, journal = {Indonesian Journal of Oceanography}, volume = {3}, number = {2}, year = {2021}, keywords = {Lapisan termoklin; ENSO; IOD; monsun; perairan Selatan Jawa}, abstract = { Perairan Selatan Jawa dipengaruhi oleh beberapa fenomena, yaitu sistem monsun, El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD), fenomena tersebut mempengaruhi nilai temperatur. Termoklin adalah lapisan yang memiliki gradien temperatur vertikal yang signifikan di kedalaman tertentu, sehingga erat kaitannya dengan nilai temperatur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kedalaman dan ketebalan lapisan termoklin di wilayah pesisir dan laut lepas pada variabilitas ENSO, IOD dan monsun di perairan Selatan Jawa. Penelitian ini menggunakan data temperatur vertikal harian dari argo float (2016 – 2019) untuk mengetahui distribusi temperatur vertikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas atas dan batas bawah termoklin terdalam di pesisir terjadi saat IOD(-), yaitu tahun 2016 sebesar 60,17 m, 154,58 m dan tahun 2017 sebesar 62,08 m, 154,17 m, sedangkan saat IOD(+) batas atas dan batas bawah termoklin lebih dangkal, yaitu tahun 2018 sebesar 42,92 m, 136,71 m dan tahun 2019 sebesar 39,25 m, 129,63 m. Hasil untuk laut lepas menunjukkan batas atas dan batas bawah termoklin terdangkal di laut lepas terjadi saat IOD(-), yaitu tahun 2016 sebesar 58,92m, 156,25m dan tahun 2017 sebesar 60m, 152,92m, sedangkan saat IOD (+) batas atas dan batas bawah bertambah dalam, yaitu tahun 2018 sebesar 67,08m, 175,42m dan tahun 2019 sebesar 59m, 172,92m. Hal ini karena IOD(-) di tahun 2016 memiliki nilai indeks DMI sebesar -1 dan di tahun 2019 terjadi IOD(+) dengan nilai indek DMI sebesar 2. Kejadian IOD(-) membuat slope muka air laut di Samudera Hindia bagian Timur khususnya yang lebih dekat dengan pantai menjadi lebih tinggi, sehingga tingginya slope muka air laut membuat batas atas dan batas bawah lapisan termoklin menjadi lebih dalam di pesisir Selatan Jawa Kondisi yang berbeda terjadi di laut lepas dimana slope muka air laut yang lebih rendah daripada di Pesisir menjadikan termoklin lebih dangkal dan ketebalannya lebih tipis., begitu juga sebaliknya pada saat fenomena IOD (+). }, issn = {2714-8726}, pages = {214--223} doi = {10.14710/ijoce.v3i2.11392}, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/ijoce/article/view/11392} }
Refworks Citation Data :
Perairan Selatan Jawa dipengaruhi oleh beberapa fenomena, yaitu sistem monsun, El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD), fenomena tersebut mempengaruhi nilai temperatur. Termoklin adalah lapisan yang memiliki gradien temperatur vertikal yang signifikan di kedalaman tertentu, sehingga erat kaitannya dengan nilai temperatur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kedalaman dan ketebalan lapisan termoklin di wilayah pesisir dan laut lepas pada variabilitas ENSO, IOD dan monsun di perairan Selatan Jawa. Penelitian ini menggunakan data temperatur vertikal harian dari argo float (2016 – 2019) untuk mengetahui distribusi temperatur vertikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas atas dan batas bawah termoklin terdalam di pesisir terjadi saat IOD(-), yaitu tahun 2016 sebesar 60,17 m, 154,58 m dan tahun 2017 sebesar 62,08 m, 154,17 m, sedangkan saat IOD(+) batas atas dan batas bawah termoklin lebih dangkal, yaitu tahun 2018 sebesar 42,92 m, 136,71 m dan tahun 2019 sebesar 39,25 m, 129,63 m. Hasil untuk laut lepas menunjukkan batas atas dan batas bawah termoklin terdangkal di laut lepas terjadi saat IOD(-), yaitu tahun 2016 sebesar 58,92m, 156,25m dan tahun 2017 sebesar 60m, 152,92m, sedangkan saat IOD (+) batas atas dan batas bawah bertambah dalam, yaitu tahun 2018 sebesar 67,08m, 175,42m dan tahun 2019 sebesar 59m, 172,92m. Hal ini karena IOD(-) di tahun 2016 memiliki nilai indeks DMI sebesar -1 dan di tahun 2019 terjadi IOD(+) dengan nilai indek DMI sebesar 2. Kejadian IOD(-) membuat slope muka air laut di Samudera Hindia bagian Timur khususnya yang lebih dekat dengan pantai menjadi lebih tinggi, sehingga tingginya slope muka air laut membuat batas atas dan batas bawah lapisan termoklin menjadi lebih dalam di pesisir Selatan Jawa Kondisi yang berbeda terjadi di laut lepas dimana slope muka air laut yang lebih rendah daripada di Pesisir menjadikan termoklin lebih dangkal dan ketebalannya lebih tipis., begitu juga sebaliknya pada saat fenomena IOD (+).
Article Metrics:
Last update:
View My Stats