skip to main content

Perbedaan Kedalaman dan Ketebalan Lapisan Termoklin pada Variabilitas ENSO, IOD dan Monsun di Perairan Selatan Jawa

*Firman Ramadhan  -  Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
Kunarso Kunarso  -  Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
Anindya Wirasatriya  -  Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
Lilik Maslukah  -  Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
Gentur Handoyo  -  Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Perairan Selatan Jawa dipengaruhi oleh beberapa fenomena, yaitu sistem monsun, El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD), fenomena tersebut mempengaruhi nilai temperatur. Termoklin adalah lapisan yang memiliki gradien temperatur vertikal yang signifikan di kedalaman tertentu, sehingga erat kaitannya dengan nilai temperatur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kedalaman dan ketebalan lapisan termoklin di wilayah pesisir dan laut lepas pada variabilitas ENSO, IOD dan monsun di perairan Selatan Jawa. Penelitian ini menggunakan data temperatur vertikal harian dari argo float (2016 – 2019) untuk mengetahui distribusi temperatur vertikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas atas dan batas bawah termoklin terdalam di pesisir terjadi saat IOD(-), yaitu tahun 2016 sebesar 60,17 m, 154,58 m dan tahun 2017 sebesar 62,08 m, 154,17 m, sedangkan saat IOD(+) batas atas dan batas bawah termoklin lebih dangkal, yaitu tahun 2018 sebesar 42,92 m, 136,71 m dan tahun 2019 sebesar 39,25 m, 129,63 m. Hasil untuk laut lepas menunjukkan batas atas dan batas bawah termoklin terdangkal di laut lepas terjadi saat IOD(-), yaitu tahun 2016 sebesar 58,92m, 156,25m dan tahun 2017 sebesar 60m, 152,92m, sedangkan saat IOD (+) batas atas dan batas bawah bertambah dalam, yaitu tahun 2018 sebesar 67,08m, 175,42m dan tahun 2019 sebesar 59m, 172,92m. Hal ini karena IOD(-) di tahun 2016 memiliki nilai indeks DMI sebesar -1 dan di tahun 2019 terjadi IOD(+) dengan nilai indek DMI sebesar 2. Kejadian IOD(-) membuat slope muka air laut di Samudera Hindia bagian Timur khususnya yang lebih dekat dengan pantai menjadi lebih tinggi, sehingga tingginya slope muka air laut membuat batas atas dan batas bawah lapisan termoklin menjadi lebih dalam di pesisir Selatan Jawa Kondisi yang berbeda terjadi di laut lepas dimana slope muka air laut yang lebih rendah daripada di Pesisir menjadikan termoklin lebih dangkal dan ketebalannya lebih tipis., begitu juga sebaliknya pada saat fenomena IOD (+).

Fulltext View|Download
Keywords: Lapisan termoklin; ENSO; IOD; monsun; perairan Selatan Jawa

Article Metrics:

  1. Aldrian, E. (2008). Meteorologi Laut Indonesia. Jakarta: Badan Meteorologi dan Geofisika
  2. Delman, A. S., J. Sprintall, J. L. McClean, and L. D. Telley. (2016). Anomalous Java Cooling at the Initiation of Positive Indian Ocean Dipole Events. Journal of Geophysical Research: Oceans, 121, 5805–5824
  3. https://doi.org/10.1002/2016JC011635.Received
  4. Flora, S. M., H. Setiyono, dan A. R. Tisiana. (2015). Pengaruh lapisan termoklin terhadap kandungan oksigen terlarut di Samudera Hindia bagian timur. Jurnal Oseanografi, 4, 185–194
  5. Hope, P., P. Reid, S. Tobin, M. Tully, and P. Krummel. (2015). Seasonal climate summary southern hemisphere ( spring 2014 ): El Niño continues to try to break through , and Australia has its warmest spring on record. Australian Meteorological and Oceanographic Journal, 65(2), 267–292. https://doi.org/10.22499/2.6502.006
  6. Horii, T., I. Ueki, and K. Ando. (2018). Coastal Upwelling Events Along the Southern Coast of Java During the 2008 Positive Indian Ocean Dipole. Journal of Oceanography, 74, 499–508. https://doi.org/10.1007/s10872-018-0475-z
  7. Hutabarat, M. F., N. P. Purba, S. Astuty, M. L. Syamsuddin, dan A. R. T. D. Kuswardani. (2018). Variabilitas lapisan termoklin terhadap kenaikan mixed layer depth (MLD) di Selat Makassar. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 9(1), 9–21
  8. Kunarso, S. Hadi, N. S. Ningsih, dan M. S. Baskoro. (2012). Perubahan kedalaman dan ketebalan termoklin pada variasi kejadian ENSO , IOD dan Monsun di Perairan Selatan Jawa hingga Pulau Timor. Ilmu Kelautan, 17(2), 87–98
  9. Nofiyanti, K., Kunarso, dan A. R. T. D. Kuswardani. (2017). Kajian kedalaman mixed layer dan termoklin kaitannya dengan monsun di perairan selatan pulau Jawa. Jurnal Oseanografi, 6(1), 131–143
  10. Wirasatriya, A., R. Y. Setiawan, and P. Subardjo. (2017). The Effect of ENSO on the Variability of Chlorophyll-a and Sea Surface Temperature in the Maluku Sea. IEEE Journal of Selected Topics in Applied Earth Observations and Remote Sensing, 10(12), 1–6

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.