Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{BAF12729, author = {Yasmin Rachma and Retno Indrati and Supriyadi Supriyadi}, title = {Karakteristik Perkecambahan Biji Lamtoro [Leucaena leucocephala (Lam.)de Wit] pada Perlakuan Skarifikasi serta Perubahan Nilai Gizi Setelah Perkecambahan}, journal = {Buletin Anatomi dan Fisiologi}, volume = {7}, number = {1}, year = {2022}, keywords = {biji lamtoro; skarifikasi; suhu; durasi}, abstract = { Lamtoro [Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit] merupakan komoditas pangan lokal Indonesia yang berpotensi sebagai pangan sumber protein, namun biji lamtoro tua kurang diminati. Proses pengolahan yang dapat diaplikasikan pada biji lamtoro tua adalah perkecambahan, yang kemudian hasilnya biasa diolah menjadi berbagai makanan khas Indonesia. Lamtoro tua memiliki kulit biji yang tebal dan keras, sehingga perlu proses skarifikasi untuk memudahkan perkecambahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik perkecambahan biji lamtoro pada perlakuan skarifikasi dengan variasi suhu dan durasi perendaman serta perubahan nilai gizi biji lamtoro setelah perkecambahan. Skarifikasi dilakukan dengan cara perendaman dalam air dengan suhu 50, 70, dan 90°C selama 5, 10, dan 15 menit kemudian dianalisis karakteristik perkecambahan berupa persen imbibisi, persen perkecambahan, dan kecepatan berkecambahnya. Kecambah dengan karakteristik perkecambahan terbaik dianalisis perubahan kandungan gizinya. Data diambil dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola imbibisi yang terjadi pada biji lamtoro bersifat trifase. Perlakuan skarifikasi dengan air pada suhu 70°C selama 15 menit menghasilkan persen imbibisi, persen perkecambahan, dan kecepatan berkecambah tertinggi, sehingga uji perubahan kandungan gizi dilakukan pada perkecambahan dengan skarifikasi pada suhu 70°C selama 15 menit. Setelah perkecambahan selama 72 jam terjadi peningkatan kadar air dan kadar protein, serta penurunan kadar lemak, abu, dan karbohidrat. Lamtoro [Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit] is a local Indonesian food commodity that can be a food source of protein, but old lamtoro seeds are less attractive. The processing process that can be applied to old lamtoro seeds is germination, which is then usually processed into various Indonesian specialities. Old lamtoro has a thick and hard seed coat, so it needs a scarification process to facilitate germination. The purpose of this study was to determine the germination characteristics of lamtoro seeds in scarification treatment with variations in temperature and soaking duration, as well as changes in the nutritional value of lamtoro seeds after germination. Scarification was carried out by immersion in water at a temperature of 50, 70, and 90°C for 5, 10, and 15 minutes and then analyzed for germination characteristics in the form of percent imbibition, germination percentage, and germination speed. Sprouts with the best germination characteristics were analyzed for changes in nutritional content. Data were taken using a completely randomized design (CRD) pattern at a 95% confidence level. The results showed that the imbibition pattern that occurred in lamtoro seeds was triphase. Scarification treatment with water at 70°C for 15 minutes resulted in the highest percent imbibition, germination percentage, and germination speed, so the test for changes in nutrient content was carried out on germination by scarification at a temperature of 70°C for 15 minutes. After germination for 72 hours, there was an increase in water content and protein content and a decrease in fat, ash, and carbohydrate content. }, issn = {2541-0083}, pages = {11--19} doi = {10.14710/baf.7.1.2022.11-19}, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/baf/article/view/12729} }
Refworks Citation Data :
Lamtoro [Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit] merupakan komoditas pangan lokal Indonesia yang berpotensi sebagai pangan sumber protein, namun biji lamtoro tua kurang diminati. Proses pengolahan yang dapat diaplikasikan pada biji lamtoro tua adalah perkecambahan, yang kemudian hasilnya biasa diolah menjadi berbagai makanan khas Indonesia. Lamtoro tua memiliki kulit biji yang tebal dan keras, sehingga perlu proses skarifikasi untuk memudahkan perkecambahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik perkecambahan biji lamtoro pada perlakuan skarifikasi dengan variasi suhu dan durasi perendaman serta perubahan nilai gizi biji lamtoro setelah perkecambahan. Skarifikasi dilakukan dengan cara perendaman dalam air dengan suhu 50, 70, dan 90°C selama 5, 10, dan 15 menit kemudian dianalisis karakteristik perkecambahan berupa persen imbibisi, persen perkecambahan, dan kecepatan berkecambahnya. Kecambah dengan karakteristik perkecambahan terbaik dianalisis perubahan kandungan gizinya. Data diambil dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola imbibisi yang terjadi pada biji lamtoro bersifat trifase. Perlakuan skarifikasi dengan air pada suhu 70°C selama 15 menit menghasilkan persen imbibisi, persen perkecambahan, dan kecepatan berkecambah tertinggi, sehingga uji perubahan kandungan gizi dilakukan pada perkecambahan dengan skarifikasi pada suhu 70°C selama 15 menit. Setelah perkecambahan selama 72 jam terjadi peningkatan kadar air dan kadar protein, serta penurunan kadar lemak, abu, dan karbohidrat.
Lamtoro [Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit] is a local Indonesian food commodity that can be a food source of protein, but old lamtoro seeds are less attractive. The processing process that can be applied to old lamtoro seeds is germination, which is then usually processed into various Indonesian specialities. Old lamtoro has a thick and hard seed coat, so it needs a scarification process to facilitate germination. The purpose of this study was to determine the germination characteristics of lamtoro seeds in scarification treatment with variations in temperature and soaking duration, as well as changes in the nutritional value of lamtoro seeds after germination. Scarification was carried out by immersion in water at a temperature of 50, 70, and 90°C for 5, 10, and 15 minutes and then analyzed for germination characteristics in the form of percent imbibition, germination percentage, and germination speed. Sprouts with the best germination characteristics were analyzed for changes in nutritional content. Data were taken using a completely randomized design (CRD) pattern at a 95% confidence level. The results showed that the imbibition pattern that occurred in lamtoro seeds was triphase. Scarification treatment with water at 70°C for 15 minutes resulted in the highest percent imbibition, germination percentage, and germination speed, so the test for changes in nutrient content was carried out on germination by scarification at a temperature of 70°C for 15 minutes. After germination for 72 hours, there was an increase in water content and protein content and a decrease in fat, ash, and carbohydrate content.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Biology of Structure and Function Laboratory
Biology Department, Faculty of Mathematics and Science
Diponegoro University