BibTex Citation Data :
@article{mmm2573, author = {Dwi Marliyawati and Wiratno Wiratno and Willy Yusmawan}, title = {PENGARUH PEMBERIAN POLIFENOL MADU TERHADAP MUKOSITIS ORAL AKIBAT KEMORADIASI PADA PENDERITA KANKER KEPALA DAN LEHER}, journal = {Media Medika Muda}, volume = {1}, number = {1}, year = {2016}, keywords = {}, abstract = { Latar belakang: Mukositis Oral (MO) merupakan efek samping segera akibat kemoradiasi pada penderita Kanker Kepala dan Leher (KKL) yang berdampak negatif pada kualitas hidup dan efektivitas terapi kanker. Efek sitotoksik kemoradiasi mengakibatkan terbentuknya radikal bebas (ROS) yang berlebihan sehingga terjadi kerusakan DNA sel epitel mukosa oral. Polifenol madu merupakan antioksidan dan anti inflamasi yang dapat mencegah kerusakan mukosa oralan ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh polifenol madu dalam mengurangi kejadian MO pada penderita KKL yang mendapat kemoradiasi. Metode: Penelitian randomized controlled trial (RCT) single blinded pada 38 pasien KKL yang memenuhi kriteria inklusi dan dibagi dua kelompok. Pada kelompok perlakuan mendapatkan madu, kedua kelompok mendapat vitamin C sebagai terapi suportif. Kelompok perlakuan diberikan 15 ml madu sebanyak 3 kali, yaitu 15 menit sebelum radiasi, dan 15 menit dan 6 jam setelah radiasi. Pasien dievaluasi setiap minggu untuk mengetahui onset MO dan derajat MO berdasarkan kriteria MO dari WHO. Analisis statistik onset MO menggunakan independent t-test dan derajat MO menggunakan K olmogorov-Smirnov Test . Hasil: Rata-rata onset MO pada kelompok perlakuan terjadi pada hari ke-11 sampai 19 dan pada kelompok kontrol pada hari ke-6 sampai 12, terdapat perbedaan yang bermakna ( p =0,000). Kejadian mukositis berat pada kelompok perlakuan (26,3%) lebih sedikit daripada kontrol (63,2%) dan didapatkan perbedaan yang bermakna ( p =0,001). Kelompok usia muda berpengaruh terhadap onset MO yang lambat ( p =0,039; OR 7; 95%CI 1,18–41,54). Simpulan: pemberian polifenol madu dapat memperlambat onset MO dan dapat menurunkan derajat MO. Kata kunci: onset mukositis oral, derajat mukositis oral, Kanker Kepala dan Leher, polifenol madu. }, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/mmm/article/view/2573} }
Refworks Citation Data :
Latar belakang: Mukositis Oral (MO) merupakan efek samping segera akibat kemoradiasi pada penderita Kanker Kepala dan Leher (KKL) yang berdampak negatif pada kualitas hidup dan efektivitas terapi kanker. Efek sitotoksik kemoradiasi mengakibatkan terbentuknya radikal bebas (ROS) yang berlebihan sehingga terjadi kerusakan DNA sel epitel mukosa oral. Polifenol madu merupakan antioksidan dan anti inflamasi yang dapat mencegah kerusakan mukosa oralan ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh polifenol madu dalam mengurangi kejadian MO pada penderita KKL yang mendapat kemoradiasi.
Metode: Penelitian randomized controlled trial (RCT) single blinded pada 38 pasien KKL yang memenuhi kriteria inklusi dan dibagi dua kelompok. Pada kelompok perlakuan mendapatkan madu, kedua kelompok mendapat vitamin C sebagai terapi suportif. Kelompok perlakuan diberikan 15 ml madu sebanyak 3 kali, yaitu 15 menit sebelum radiasi, dan 15 menit dan 6 jam setelah radiasi. Pasien dievaluasi setiap minggu untuk mengetahui onset MO dan derajat MO berdasarkan kriteria MO dari WHO. Analisis statistik onset MO menggunakan independent t-test dan derajat MO menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test.
Hasil: Rata-rata onset MO pada kelompok perlakuan terjadi pada hari ke-11 sampai 19 dan pada kelompok kontrol pada hari ke-6 sampai 12, terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,000). Kejadian mukositis berat pada kelompok perlakuan (26,3%) lebih sedikit daripada kontrol (63,2%) dan didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0,001). Kelompok usia muda berpengaruh terhadap onset MO yang lambat (p=0,039; OR 7; 95%CI 1,18–41,54).
Simpulan: pemberian polifenol madu dapat memperlambat onset MO dan dapat menurunkan derajat MO.
Kata kunci: onset mukositis oral, derajat mukositis oral, Kanker Kepala dan Leher, polifenol madu.
Last update: