Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JKT5092, author = {Anang Purwanto and Kuncoro Teguh Setiawan and Devica Natalia Br. Ginting}, title = {Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Ekstraksi Habitat Perairan Laut Dangkal di Pantai Pemuteran, Bali, Indonesia}, journal = {Jurnal Kelautan Tropis}, volume = {22}, number = {2}, year = {2019}, keywords = {Terumbu Karang; Lyzenga; Pemuteran; Klasifikasi Unsupervised}, abstract = { Indonesia had a large diversity of coastal ecosystems. One part of the them is the coral reef. The concept of mapping coral reef ecosystems has been outlined in the RSNI document about the mapping of shallow marine waters. The aim of this study is to map shallow marine waters using the 1981 and 2006 lyzenga methods. The mapping was made based on three classes including coral reef, mixed seagrass and macroalgae, and substrate. The location of the study was conducted at Pemuteran Beach, Bali. The data used were Landsat 8 imagery acquisition on 14 April 2018. Stages of data processing include atmospheric correction, radiometric correction, pansharpening, masking, cropping, and water column correction and classification. Water column correction used the Lyzenga 1981 and 2006. Classification methods to distinguish objects of shallow marine waters using the unsupervised method. The results showed differences in the results of extraction of shallow marine waters information using the Lyzenga 1981 with the 2006 Lyzenga method. The extraction results with the Lyzenga 2006 method provide more detailed information in identifying the three classes of shallow marine waters. Indonesia memiliki keanekaragaman ekosistem pesisir yang cukup besar. Salah satu bagian dari ekosistem tersebut adalah ekosistem terumbu karang. Konsep pemetaan ekosistem terumbu karang telah dituangkan dalam RSNI tentang pemetaan habitat dasar perairan laut dangkal. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan pemetaan habitat perairan laut dangkal dengan menggunakan metode lyzenga 1981 dan 2006. Pemetaan tersebut dibuat berdasarkan tiga kelas diantaranya: kelas terumbu karang, kelas campuran padang lamun dan makro alga, serta kelas substrat dasar. Lokasi penelitian dilaksanakan di Pantai Pemuteran, Bali. Data yang digunakan adalah citra Landsat 8 akuisisi 14 April 2018. Tahapan pengolahan data meliputi, koreksi atmosferik, koreksi radiometrik, proses pansharpening, proses masking darat air, cropping, serta koreksi kolom air serta klasifikasi. Koreksi kolom air menggunakan metode Lyzenga 1981 dan 2006. Klasifikasi untuk membedakan obyek habitat perairan laut dangkal menggunakan metode unsupervised . Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan hasil ekstraksi informasi habitat perairan laut dangkal menggunakan metode Lyzenga 1981 dengan metode Lyzenga 2006. Hasil ekstraksi dengan metode Lyzenga 2006 memberikan informasi yang lebih detail dalam mengidentifikasi tiga kelas habitat perairan laut dangkal tersebut. }, issn = {2528-3111}, pages = {165--174} doi = {10.14710/jkt.v22i2.5092}, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt/article/view/5092} }
Refworks Citation Data :
Indonesia had a large diversity of coastal ecosystems. One part of the them is the coral reef. The concept of mapping coral reef ecosystems has been outlined in the RSNI document about the mapping of shallow marine waters. The aim of this study is to map shallow marine waters using the 1981 and 2006 lyzenga methods. The mapping was made based on three classes including coral reef, mixed seagrass and macroalgae, and substrate. The location of the study was conducted at Pemuteran Beach, Bali. The data used were Landsat 8 imagery acquisition on 14 April 2018. Stages of data processing include atmospheric correction, radiometric correction, pansharpening, masking, cropping, and water column correction and classification. Water column correction used the Lyzenga 1981 and 2006. Classification methods to distinguish objects of shallow marine waters using the unsupervised method. The results showed differences in the results of extraction of shallow marine waters information using the Lyzenga 1981 with the 2006 Lyzenga method. The extraction results with the Lyzenga 2006 method provide more detailed information in identifying the three classes of shallow marine waters.
Indonesia memiliki keanekaragaman ekosistem pesisir yang cukup besar. Salah satu bagian dari ekosistem tersebut adalah ekosistem terumbu karang. Konsep pemetaan ekosistem terumbu karang telah dituangkan dalam RSNI tentang pemetaan habitat dasar perairan laut dangkal. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan pemetaan habitat perairan laut dangkal dengan menggunakan metode lyzenga 1981 dan 2006. Pemetaan tersebut dibuat berdasarkan tiga kelas diantaranya: kelas terumbu karang, kelas campuran padang lamun dan makro alga, serta kelas substrat dasar. Lokasi penelitian dilaksanakan di Pantai Pemuteran, Bali. Data yang digunakan adalah citra Landsat 8 akuisisi 14 April 2018. Tahapan pengolahan data meliputi, koreksi atmosferik, koreksi radiometrik, proses pansharpening, proses masking darat air, cropping, serta koreksi kolom air serta klasifikasi. Koreksi kolom air menggunakan metode Lyzenga 1981 dan 2006. Klasifikasi untuk membedakan obyek habitat perairan laut dangkal menggunakan metode unsupervised . Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan hasil ekstraksi informasi habitat perairan laut dangkal menggunakan metode Lyzenga 1981 dengan metode Lyzenga 2006. Hasil ekstraksi dengan metode Lyzenga 2006 memberikan informasi yang lebih detail dalam mengidentifikasi tiga kelas habitat perairan laut dangkal tersebut.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Kelautan Tropis is published by Departement of Marine Science, Faculty of Fisheries and Marine Science, Universitas Diponegoro under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.