Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JKT1743, author = {Edi Wibowo and Suryono Suryono and Raden Ario and Ali Ridlo and Dodik Wicaksono}, title = {Studi Morfometri dan Tingkat Kematangan Telur Kepiting Bakau (Scylla sp.) di Kawasan Perairan Demak}, journal = {Jurnal Kelautan Tropis}, volume = {20}, number = {2}, year = {2017}, keywords = {Scylla sp; Morphometry; Demak; Maturity; Morfometri; Kematangan telur}, abstract = { Maturity of Mangrove Crab (Scylla sp) is a decisive factor in the life cycle of mangrove crab (Scylla sp). Human activities such as over-fishing of mangrove crab to meet market needs regardless the size is one of the causes of the reduced number of individuals in the wild . This study aims to determine the correlation between morphometric of maturity stage of mangrove crab (Scylla sp) in Kedungmutih Waters, Demak District. The study used exploratory descriptive method which site determination using purposive sampling methods. The research consisted of female mangrove crab sampling and field water quality measurement (DO, temperature, salinity, and pH), morphometric measurements and weighing body weight of female mangrove crab samples, and observation of maturity stage in the laboratory. The material used in this study were female mud crab (Scylla sp) obtained from Kedungmutih Waters, Demak District. The results of this study showed that 94 female mangrove crabs crabs were found to have a carapace width ranging from 77.50 mm - 126.45 mm, for body weight ranging from 87 grams to 359.78 grams. While the fecundity stage were obtained from the stage of I - IV and on the size of 200 grams - 300 grams has an optimal fecundity stage on the stage II and III. There is correlation between morphometry and maturity stage of mangrove crab (Scyla sp) because when the weight of crabs increases, so does the addition of the number of eggs and also improvement of egg (gonads). Kematangan telur pada Kepiting Bakau betina ( Scylla sp ) adalah faktor yang menentukan pada siklus hidup Kepiting Bakau ( Scylla sp ). Kegiatan manusia seperti penangkapan kepiting bakau yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar tanpa melihat ukuran yang ditangkap merupakan salah satu penyebab berkurangnya jumlah individu yang berada di alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan morfometrik terhadap tingkat kematangan tekur Kepiting Bakau Betina ( Scylla sp ) di kawasan perairan Kedungmutih,Kabupaten Demak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptf eksploratif dengan penentuan lokasi menggunakan purposive sampling methods. Penelitian ini terdiri dari sampling kepiting bakau betina dan pengukuran kulaitas perairan di lapangan (DO, suhu , salinitas , dan pH), pengukuran morfometri dan penimbangan berat tubuh sampel kepiting bakau betina, dan pengamatan tingkat kematangan telur di laboratorium. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepiting bakau betina ( Scylla sp ) yang diperoleh dari perairan Kedungmutih, Kadbupaten Demak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dari 94 ekor kepiting bakau betina yang didapatkan memiliki lebar karapas berkisar 77,50 mm – 126,45 mm, untuk berat tubuhnya berkisar 87 gram – 359,78 gram. Sedangkan pada tingkat kematangan telur didapatkan dari tingkat I – IV dan pada ukuran 200 gram – 300 gram memiliki tingkat kemmatangan telur yang optimal pada tingkat kematangan telur II dan III. Morfometri dan tingkat kematangan telur pada kepiting bakau betina ( Scyla sp ) memiliki hubungan dikarenakan jika pada bobot kepiting mengalami pembesaran maka pada telur mengalami penambahan jumlah dan mengalami peningkatan telur(gonad). }, issn = {2528-3111}, pages = {161--168} doi = {10.14710/jkt.v20i2.1743}, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt/article/view/1743} }
Refworks Citation Data :
Maturity of Mangrove Crab (Scylla sp)is a decisive factor in the life cycle of mangrove crab (Scylla sp). Human activities such as over-fishing of mangrove crab to meet market needs regardless the size is one of the causes of the reduced number of individuals in the wild. This study aims to determine the correlation between morphometric of maturity stage of mangrove crab (Scylla sp) in Kedungmutih Waters, Demak District. The study used exploratory descriptive method which site determination using purposive sampling methods. The research consisted of female mangrove crab sampling and field water quality measurement (DO, temperature, salinity, and pH), morphometric measurements and weighing body weight of female mangrove crab samples, and observation of maturity stage in the laboratory.Thematerial used in this study were female mud crab (Scylla sp) obtained from Kedungmutih Waters, Demak District. The results of this study showed that 94 female mangrove crabs crabs were found to have a carapace width ranging from 77.50 mm - 126.45 mm, for body weight ranging from 87 grams to 359.78 grams. While the fecundity stage were obtained from the stage of I - IV and on the size of 200 grams - 300 grams has an optimal fecundity stage on the stage II and III. There is correlation between morphometry and maturity stage of mangrove crab (Scyla sp) because when the weight of crabs increases, so does the addition of the number of eggs and also improvement of egg (gonads).
Kematangan telur pada Kepiting Bakau betina (Scylla sp) adalah faktor yang menentukan pada siklus hidup Kepiting Bakau (Scylla sp). Kegiatan manusia seperti penangkapan kepiting bakau yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar tanpa melihat ukuran yang ditangkap merupakan salah satu penyebab berkurangnya jumlah individu yang berada di alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan morfometrik terhadap tingkat kematangan tekur Kepiting Bakau Betina (Scylla sp) di kawasan perairan Kedungmutih,Kabupaten Demak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptf eksploratif dengan penentuan lokasi menggunakan purposive sampling methods. Penelitian ini terdiri dari sampling kepiting bakau betina dan pengukuran kulaitas perairan di lapangan (DO, suhu , salinitas , dan pH), pengukuran morfometri dan penimbangan berat tubuh sampel kepiting bakau betina, dan pengamatan tingkat kematangan telur di laboratorium. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepiting bakau betina (Scylla sp) yang diperoleh dari perairan Kedungmutih, Kadbupaten Demak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dari 94 ekor kepiting bakau betina yang didapatkan memiliki lebar karapas berkisar 77,50 mm – 126,45 mm, untuk berat tubuhnya berkisar 87 gram – 359,78 gram. Sedangkan pada tingkat kematangan telur didapatkan dari tingkat I – IV dan pada ukuran 200 gram – 300 gram memiliki tingkat kemmatangan telur yang optimal pada tingkat kematangan telur II dan III. Morfometri dan tingkat kematangan telur pada kepiting bakau betina (Scyla sp) memiliki hubungan dikarenakan jika pada bobot kepiting mengalami pembesaran maka pada telur mengalami penambahan jumlah dan mengalami peningkatan telur(gonad).
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Kelautan Tropis is published by Departement of Marine Science, Faculty of Fisheries and Marine Science, Universitas Diponegoro under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.