skip to main content

RESPONS FISIOLOGI TANAMAN CABAI TERHADAP INFEKSI Fusarium oxysporum PADA UMUR TANAMAN YANG BERBEDA

*Himmatul Ulya  -  Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Indonesia
Sri Darmanti  -  Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Indonesia
Rejeki Siti Ferniah  -  Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Cabai merah merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang dibudidayakan di Indonesia, salah satunya kultivar Lembang 1. Salah satu kendala dalam budidaya tanaman cabai merah adalah penyakit layu fusarium. Layu fusarium diakibatkan oleh infeksi fungi Fusarium oxysporum yang menyebabkan kerusakan struktur pembuluh xylem, sehingga mengganggu penyerapan air dan unsur hara. Tanaman akan mengalami defisiensi air dan unsur hara dan dapat menurunkan pertumbuhan tanaman cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji respons fisiologi tanaman cabai kultivar Lembang-1 yang diinfeksi F.oxysporum pada umur tanaman yang berbeda. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktorial 2x2. Faktor pertama adalah infeksi F.oxysporum. Faktor kedua adalah umur tanaman cabai saat infeksi, yaitu 35 dan 75 hari setelah tanam. Masing- masing perlakuan dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah panjang dan lebar porus stomata, kadar air relatif daun, kadar pigmen fotosintesis yang meliputi klorofil a, klorofil b, klorofil total, karotenoid, dan pertumbuhan relatif yang meliputi tinggi batang, panjang akar, dan bobot segar yang dianalisis dengan Analysis of Variance (Anova) dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5%, serta penghitungan jumlah daun setiap lima hari, luas daun setiap dua puluh hari, dan jumlah daun gugur setiap lima hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman cabai yang diuji dengan F.oxysporum pada umur 35 hari setelah tanam lebih responsif untuk beradaptasi terhadap infeksi fungi F.oxysporum. Respon fisiologinya berupa penyempitan lebar porus stomata sebesar 31,2%, penurunan kadar pigmen klorofil dan karotenoid sebesar 18%, penurunan tinggi batang 10,4% dan penurunan panjang akar 15,9%.

Fulltext View|Download
  1. Agrios GN. 2004. Plant Pathology. Fifth Edition. Elsevier Academic Press, California. hlm. 106-108
  2. Anonim. 2017. Varietas Cabai Lembang 1. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian
  3. http://www.litbang.pertanian.go.id/ varietas/one/21/. Diakses pada tanggal 2 Desember 2018
  4. Ariyanti, M., I. R. Dewi, Y. Maxiselly, Y. A. Chandra. 2009. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) dengan Komposisi Media Tanam dan Interval Penyiraman yang Berbeda. Jurnal Pen. Kelapa Sawit 26(1): 11-22
  5. Baharuddin, R. 2016. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) terhadap Pengurangan Dosis NPK 16:16:16 dengan Pemberian Pupuk Organik. Jurnal Dinamika Pertanian 32(2): 115-124
  6. Bramasto, Y., K. P. Putri, T. Suharti, dan D. Agustina. 2011. Viabilitas Benih dan Pertumbuhan Semai Merbau (Intsia Bijuga O. Kuntze) yang Terinfeksi Cendawan Fusarium sp. dan Penicillium sp. Tekno Hutan Tanaman 4(3): 99-104
  7. Felania, C. 2017. Pengaruh Ketersediaan Air terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosiding Biologi UNY: 131-138
  8. Hendrika, G., A. Rahayu, dan Y. Mulyaningsih. 2017. Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) pada Berbagai Komposisi Pupuk Organik dan Sintetik. Jurnal Agronida 3(1): 1-9
  9. Juairiah, L. 2014. Studi Karakteristik Stomata Beberapa Jenis Tanaman Revegetasi di Lahan Pascapenambangan Timah di Bangka. Widyariset 17(2): 213-218
  10. Kirana, R., N. Carsono, Y. Kusandriani, dan Liferdi. 2014. Peningkatan Potensi Hasil Varietas Galur Murni Cabai Dengan Memanfaatkan Fenomena Heterosis di Dataran Tinggi Pada Musim Kemarau. Jurnal Hortikultura 24(1): 10-15
  11. Mulyani, S. 2010. Anatomi Tumbuhan. Kanisius, Yogyakarta
  12. Nizar, N., L. Li, S. Lu, N. C. Khin, dan B. J. Pogson. 2015. Carotenoid Metabolism in Plant: Areview. Molecular Plant 1(8): 68-82
  13. Okungbowa, F. I., dan H. O. Shittu. 2016. Fusarium Wilts: An Overview. Environmental Research Journal 6(2): 83-102
  14. Posumah, D. 2017. Uji Kandungan Klorofil Daun Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L.) melalui Pemanfaatan Beberapa Pupuk Organik Cair. Jurnal MIPA Unsrat 6(2): 101-104
  15. Rostini, N. 2011. 6 Jurus Bertanam Cabai Bebas Hama dan Penyakit. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta
  16. Sari, W., S. Wiyono, A. Nurmansyah, A. Munif, dan R. Poerwanto. 2017. Keanekaragaman dan Patogenisitas Fusarium spp. Asal Beberapa Kultivar Pisang. Jurnal Fitopatologi Indonesia 13(6): 216-228
  17. Sastrahidayat, I. R. 2017. Penyakit Tumbuhan yang Disebabkan oleh Jamur. Universitas Brawijaya Press, Malang
  18. Setiawan, A.B., S. Purwanti, dan Toekidjo. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Benih Lima Varietas Cabai Merah (Capsicum annuum L.) di Dataran Menengah. Agrivita 1(3): 1-11
  19. Susanna, A. Ulim, Junaidi. 2009. Pemanfaatan Kascing untuk Menghambat Perkembangan Fusarium oxysporum pada Tanaman Tomat. Agristra 13(3): 173-143
  20. Susanti, D., Mulyadi, Dan S. Wiyatiningsih. 2016. Karakterisasi Isolat-Isolat Fusarium oxysporum f.sp. cepae Penyebab Penyakit Moler pada Bawang Merah dari Daerah Nganjuk dan Probolinggo. Plumula 5 (2): 153-160
  21. Taluta, H. E., H. L. Rampe, dan M. J. Rumondor. 2017. Pengukuran Panjang dan Lebar Pori Stomata Daun Beberapa Varietas Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Jurnal MIPA Unsrat 6(2): 1-5
  22. Warisno dan K. Dahana. 2018. Peluang Usaha dan Budi Daya Cabai. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
  23. Widyastuti, S. M., S. Tasik, dan Harjono. 2013. Infection Process of Fusarium oxysporum Fungus: A Cause of Damping-Off on Acacia Mangium’s Seedlings. Agrivita 35(2): 110-118
  24. Yunasfi. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan Penyakit yang Disebabkan oleh Jamur. USU digital library, Universitas Sumatera Utara

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.