skip to main content

PENGARUH SALINITAS TERHADAP EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN API-API (Avicennia marina) DALAM MENGOBATI INFEKSI Vibrio harveyi PADA KEPITING BAKAU (Scylla sp.)

1Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia

2Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia

Open Access Copyright 2018 Sains Akuakultur Tropis

Citation Format:
Abstract
Kepiting bakau (Scylla sp.) salah satu komoditas yang memiliki ekonomis tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi kepiting adalah penyakit. Penyakit yang sering menyerang kepiting bakau adalah Vibriosis. Salah satu upaya dalam pengobatan dapat menggunakan bahan alami yaitu ekstrak daun api-api (A. marina) akan dilakukan pada salinitas yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap efektifitas perendaman ekstrak daun api-api (A. marina) dilihat dari kelulushidupan, salinitas terbaik didalam perendaman ekstrak daun api-api (A. marina) kepiting bakau yang diinfeksi bakteri V. harveyi, dan gejala klinis kepiting bakau (Scylla sp.). Kepiting bakau yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 48 ekor dengan bobot 46-56 g. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (4 perlakuan 3 kali ulangan). Kepiting seluruhnya disuntik bakteri V. harveyi dengan kepadatan 0,1 x 107 CFU/ml pada bagian pangkal kaki renang. Pasca munculnya gejala klinis, kepiting bakau direndam menggunakan ekstrak daun api-api (A. marina) dengan perlakuan A (perendaman dalam salinitas 15 ppt), B (perendaman dalam salinitas 20 ppt), C (perendaman dalam salinitas 25 ppt), dan D (perendaman dalam salinitas 30 ppt). Kepiting yang digunakan adalah kepiting bakau, dengan kepadatan adalah 4 ekor/akuarium selama 14 hari. Data yang dianalisis adalah gejala klinis, kelulushidupan, histopatologi hepatopankreas dan kualitas air. Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis seluruhnya secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan salinitas tidak berpengaruh terhadap kelulushidupan kepiting bakau (Scylla sp.) yang di infeksi V. harveyi yang direndam ekstrak daun api-api pada berbegai salinitas, namun diperoleh nilai tertinggi pada salinitas 30 ppt (58%) dan terendah pada salinitas 15 ppt (50%). Salinitas terbaik untuk pengobatan menggunakan ekstrak daun api-api (A. marina) pada kepiting bakau (Scylla sp.) yang di infeksi bakteri V. harveyi adalah 30 ppt. Gejala klinis yang diperoleh dari hasil penelitian adalah perubahan morfologis dan perubahan tingkah laku. Hasil pengamatan histologi hepatopankreas ditemukan adanya kerusakan jaringan pada seluruh perlakuan yaitu berupa nekrosis, vakuolisis, dan degradasi lumen. Kualitas air pada media pemeliharaan berada dalam kisaran yang layak untuk kehidupan kepiting bakau.
Fulltext View|Download

Article Metrics:

  1. Agus, M. 2008. Analisis Carrying Capacity Tambak Pada Sentra Budidaya Kepiting Bakau (Scylla sp.) di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. [TESIS] Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya Pantai, Universitas Diponegoro
  2. Bhavan P.S. and Geraldine P. 2000. Histopathology of the hepatopancreas and gills of the prawn Macrobrachium malcolmsonii exposure to endosulfan. Aquatic Toxicology. 50 (4) : 331-339
  3. Danata, R.H. dan A. Yamindago. 2014. Analisis Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mangrove Avicennia marina dari Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Pasuruan terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Vibrio alginolyticus. Jurnal Kelautan. 7 (1) : 12-19. ISSN: 1907-9931
  4. Dinakaran, GK., P. Soundarapandian., and D. Varadharajan. 2013. Tail Rot Disease in Macrobrachium idella idella (Hilgendroft, 1898). Faculty of Marine Sciences. Centre of Advanced Study in Marine Biology. Annamalal University. India. Journal Drug Merab Toxicol 4(4) : 1-3
  5. Effendi, I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hlm
  6. Fadli, N. 2000. Evaluasi Perlakuan Pemberian Immunostimulan terhadap Larva Udang Windu (Penaeus monodon Fabr.) di Hatchery. [Skripsi]. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor, 47 hlm
  7. Gunarto. 1992. Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata Forskal) di Tambak. Balai Penelitian Budidaya Pantai. Maros
  8. Hatmanti, A. 2003. Penyakit Bakterial pada Budidaya Krustasea serta Cara Penanganannya. J. Oseana, V. XXVIII, Nomor 3, 2003 : 1-10
  9. Herlinah, A. Sulaeman dan A. Tenriulo. 2010. Pembesaran Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Tambak dengan Pemberian Pakan
  10. Berbeda. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 169-174
  11. _______. Tenriulo, E. Septiningsih dan H. S. Suwoyo. 2015. Respon Molting dan Sintasan Kepiting Bakau (Scylla olivacea) yang Diinjeksi dengan Ekstrak Daun Murbei (Morus spp.). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol 7(1): 247-258
  12. Jithendran, Poornima M., C.P. Balasubramanian and Kulasekarapandian S. 2010. Diseases of Mud Crabs (Scylla sp.): an overview. Indian J. Fish., 57(3) : 55-63
  13. Joseph, F.R. S. and S. Ravichandran. 2012. Shell Diseases of Brachyuran Crabs. Centre of Advanced Study in Marine Biology. Annamalal University, India. Journal of Biological Sciences 12(3) : 117-127
  14. Karim, M. Y. 2007. The Effect of Osmotic at Various Medium Salinity on Vitality of Female Mud Crab (Scylla olivacea). Jurnal Protein. 14 (1) : 65-72
  15. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Info Komoditas Utama 2011. Jakarta
  16. ______________________________. 2012. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2012. Jakarta
  17. Kumaravel, K., S. Ravichandran, and S. Sritama-Bose. 2010. In vitro antimicrobial activity of shrimps haemolymph on clinical pathogens. African J. Microbiol. Research. 4(23):2592-2596
  18. Lavilla, Celia R.P. and Pena, Leobert D. de la. 2004. Diseases in Farmed Mud Crabs Scylla sp.: Diagnosis, Prevention, and Control. Aquacultur Departement Southeast Asian Fisheries Development Center. Government of Japan Trust Fund
  19. Li, Y.Y, X.A. Xia, Q.Y. Wu, W. H. Liu and Y.S. Lin. 2008. Infection with Hematodinium sp. in Mud Crabs Scylla serrata Cultured in Low Salinity Water in Southern China
  20. Meistika, R. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Kepiting Indonesia. [Skripsi] Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor
  21. Prabhu, V.V. & Guruvayoorappan, C. 2012. Phytochemical screening of ethanolic extract of mangrove Avicennia marina Forssk.)Vierh. Der Pharmacia Sinica, Vol.3(1): 64-67
  22. Poornima, M, R. Singaravel, J. J. S. Rajan, S. Sivakumar, S.Ramakrishnan, S.V. Alavandi, and N. Kalaimani. 2012. Vibrio harveyi Infection in Mud Crabs (Scylla tranquebarica) Infected with White Spot Syndrome Virus. International J. of Research in Biological Sciences 2012; 2 (1): 1-5
  23. Purnobasuki, H. 2004. Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat. Jurnal Biota., 9 (2):125 hlm
  24. Rangka, N.A dan Sulaeman. 2010. Pemacuan Pergantian Kulit Kepiting Bakau (Scylla serrata) Melalui Manipulasi Lingkungan untuk Menghasilkan Kepiting Lunak. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 179-185
  25. Retnowati, Y., N. Bianglangi, N. W. Posangi. 2011. Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus pada Media yang Diekspos dengan Infus Daun Sambiloto (Andrographis paniculata). Saintek 6(2)
  26. Sari, A. H. W, Y. Risjani, dan A. P. W. Marhendra. 2007. Histologi Organ Hepatopankreas Kepiting Bakau (Scylla serata) pada Konsentrasi Sublethal Fenol sebagai Peringatan Dini (Early warning) Toksisitas Fenol di Estuaria. ISSN 2087-2852. J. Exp. Life Sci. 2 (1): 36-41
  27. Sarjito. 2010. Aplikasi Biomolukuler untuk Deteksi Agensia Penyebab Vibriosis pada Ikan Kerapu dan Potensi Bakteri Sponge Anti Vibriosis. [Disertasi]. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang, 20-30 hlm
  28. ______, S.B. Prayitno dan F.B. Feriandika. 2014. Identifikasi Agensia Penyebab Vibriosis Pada Penggemukkan Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Pemalang. Journal Of Aquaculture Management and Technology 3(2):126-134
  29. Septiningsih, E. dan H. Jompa. 2012. Studi Aspek Fisika, Kimia, dan Biologi Kualitas Air Media Pemeliharaan Krablet Kepiting Bakau (Scylla olivacea) Melalui Percobaan dengan Penambahan Serasah Daun Mangrove (Rhizophora mucronata). Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI. 720-738 hlm
  30. Trianto, A., E. Wibowo, Suryono, dan R. S. Sapta. 2004. Ekstrak Daun Mangrove Aegiceras corniculatum sebagai Antibakteri Vibrio harveyi dan Vibrio parahaemolyticus. Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. 9(4) : 186-189 ISSN 0853-7291
  31. Wibowo C, Kusmana C, Suryani A, Hartati Y, Oktadiyani P. 2009. Pemanfaatan pohon mangrove api-api (Avicennia spp.) sebagai bahan pangan dan obat. Di dalam: Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB 2009 Buku 1: bidang pangan dan energi. Bogor: LPPM-IPB
  32. Zulham, R. 2004. Potensi Ekstrak Mangrove Sonneratia caseolaris dan Aviceniia marina untuk Pengendalian Bakteri Vibrio harveyi pada Larva Udang Windu (Panaeus monodon Fabr.) [Skripsi]. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, 100 hlm

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.