skip to main content

Menghidangkan Wader liwet: Sebuah Upaya Perlindungan Warisan Budaya Takbenda oleh Masyarakat Klayar

*Bimo Haryo Yudhanto  -  Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Citation Format:
Abstract
Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi perlindungan karya budaya wader liwet yang dilakukan oleh masyarakat Klayar di Kabupaten Gunungkidul. Wader liwet merupakan makanan tradisional berbahan dasar ikan yang dikenal berasal dari Padukuhan (Dusun) Klayar. Pada tahun 2023, wader liwet ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia atas usulan dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hingga saat ini masyarakat Klayar masih terus melestarikan wader liwet dengan selalu menghidangkan pada peristiwa-peristiwa penting. Bagi masyarakat Klayar, fungsinya lebih dari sekedar makanan, wader liwet merupakan identitas yang diwujudkan dalam pengetahuan mengolah makanan. Wader liwet juga merupakan medium yang menghubungkan masyarakat dengan leluhur. Artikel ini berupaya untuk mengungkap struktur pengetahuan masyarakat dalam memahami wader liwet, dengan mengidentifikasi narasi yang terkandung dalam setiap tahapan pengolahan. Metode penelitian yang digunakan meliputi observasi dan wawancara, untuk mengidentifikasi elemen-elemen kunci dalam praktik budaya ini. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai pentingnya wader liwet sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat Klayar, serta menawarkan model pelestarian yang dapat diadaptasi oleh komunitas lain. Artikel ini tidak hanya berfokus pada aspek makanan, tetapi juga pada penguatan identitas dan keberlanjutan warisan budaya takbenda di Indonesia.
Fulltext View|Download
  1. Ahimsa-Putra, H. S. (2009). Bahasa, Sastra, dan Kearifan Lokal di Indonesia. Mabasan, 3(1), 30–57
  2. Ahimsa-Putra, H. S. (2022). Etnosains, Etnoekologi, dan Etnoteknologi: Antropologi mengungkap Kearifan Lokal (H. S. Ahimsa-Putra, Ed.). Yogyakarta: Penerbit Kepel Press
  3. Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI. (2024, December 27). Pembacaan Prasasti Gemekan - Sisi Kanan dan Kiri. Indonesia: Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI. Retrieved from https://youtu.be/zeviggbzcLI?feature=shared
  4. Bicker, A., Sillitoe, P., & Pother, J. (2019). Investigating Local Knowledge: New Directions, New Approaches. London: Routledge
  5. Biswas, S., & Nautiyal, S. (2023). Traditional Ecological Knowledge Versus Climate Change Adaptation: A Case Study from the Indian Sundarbans. In S. Nautiyal, A. K. Gupta, M. Goswami, & Y. D. I. Khan (Eds.), The Palgrave Handbook of Socio-Ecological Resilience in the Face of Climate Change: Contexts from a Developing Country (pp. 331–350). Singapore: Palgrave Macmillan
  6. Bortolotto, C. (2007). From Objects to Processes: UNESCO’s “Intangible Cultural Heritage.” Journal of Museum Ethnography, (19), 21–33
  7. Budiharjo, A. (2022). Seleksi dan Potensi Budidaya Jenis-Jenis Ikan Wader dari Genus Rasbora. Biodiversitas, 3(2), 225–230
  8. Dahruddin, H., Utama, I. V., Wahyudewantoro, G., Anita, S., Yulianto, Hermawan, R., & Priyatna, Y. (2019). Pengenalan Jenis Ikan Brek dari Kawasan Hulu Sungai Serayu, Jawa Tengah. In Sulistiono & Haryono (Eds.), Domestikasi Ikan Brek (Barbonymus balleroides) untuk Konservasi dan Diversifikasi Ikan Budidaya (pp. 1–12). Bogor: Penerbit IPB Press
  9. Dilipsinh, K. S. (2004). Kutch in Festival and Custom. New Delhi: Har-Anand Publication
  10. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul. (2021). Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2020. Gunungkidul
  11. Douglas, M. (1972). Deciphering a Meal. Daedalus, 101(1), 61–81
  12. Durkheim, E. (1995). The Elementary Forms of Religious Life. New York: The Free Press
  13. Eichler, J. (2020). Intangible Cultural Heritage under Pressure? Examining Vulnerabilities in ICH Regimes - Minorities, Indigenous Peoples and Refugees. Stuttgart: Institut für Auslandsbeziehungen
  14. Foley, K. (2014). No More Masterpieces: Tangible Impacts and Intangible Cultural Heritage in Bordered Worlds. Asian Theatre Journal, 31(2), 369–398
  15. Geertz, C. (2014). Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi, dalam Kebudayaan Jawa. Depok: Komunitas Bambu
  16. Haryono, Rahardjo, M. F., Affandi, R., & Mulyadi. (2017). Karakteristik Morfologi dan Habitat Ikan Brek (Barbonymus balleroides Val. 1842) di Sungai Serayu Jawa Tengah. Jurnal Biologi Indonesia, 13(2), 223–232
  17. Haryono, T. (1999). Sang Hyang Watu Teas dan Sang Hyang Kulumpang: Perlengkapan Ritual Upacara Penetapan Sima pada Masa Kerajaan Mataram Kuna. Humaniora, 12
  18. Haryono, & Wahyudewantoro, G. (2019). Pemijahan Ikan Brek (Barbonymus balleroides) dan Pemeliharaan Anakan dalam Wadah Budidaya. In Sulistiono & Haryono (Eds.), Domestikasi Ikan Brek (Barbonymus balleroides) untuk Konservasi dan Diversifikasi Ikan Budidaya (pp. 71–82). Bogor: Penerbit IPB Press
  19. Hasan, N., Taufiq, M., Hannan, A., & Enhas, M. I. G. (2023). Tradition, Social Values, and Fiqh of Civilization: Examining the Nyadran Ritual in Nganjuk, East Java, Indonesia. Samarah, 7(3), 1778–1802
  20. Higgins, N. (2022). Changing Climate; Changing Life—Climate Change and Indigenous Intangible Cultural Heritage. Laws, 11(3)
  21. Hudayana, B. (2000). Kebudayaan Lokal dan Pemberdayaannya. Jurnal Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 3(3), 285–307
  22. Instituut voor Volksvoeding. (1941). Goenoeng Kidoel Rapport Mededeeling No. 5: Onderzoek naar de Voeding en Voedingstoestand Dei-Bevolking in hel Regentschap Goenoeng Kidoel (Djokdjakarta) in 1938-1941. Batavia
  23. Joassart-Marcelli, P. (2022). Food Geographies: Social, Political, and Ecological Connections. London: Rowman & Littlefield
  24. Kalurahan Kedungpoh. (2020). Wisata Religi Petilasan Wonopuro. Retrieved July 5, 2025, from Kalurahan Kedungpoh website: https://desakedungpoh.gunungkidulkab.go.id/first/artikel/1894-Wisata-Religi-Petilasan-Wonopuro
  25. Khazbulatov, A. R., & Nurpeiis, M. (2012). The Preservation of Cultural Heritage: Continuity and Memory. World Academy of Science, Engineering and Technology: International Journal of Humanities and Social Sciences, 6, 15–17
  26. Kompas. (2024, November 17). Menanti Aksi Lanjutan Setelah Warisan Budaya Ditetapkan. Retrieved July 1, 2025, from Kompas website: https://www.kompas.id/artikel/menanti-aksi-lanjutan-setelah-warisan-budaya-ditetapkan
  27. Lenzerini, F. (2011). Intangible Cultural Heritage: The Living Culture of Peoples. The European Journal of International Law, 22(1), 101–120
  28. Mantara, Chairul Agus, Rismanto, H., & Widianta. (2019). Bebrayan Agung: Upacara Nyadran Kulawangsa Gunungkidul (N. I. Triwulandari & S. Pramudiyanto, Eds.). Gunungkidul: Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul
  29. Martias, I. (2014). Implikasi Perubahan Tataguna Lahan terhadap Dinamika Sosial-Ekonomi Masyarakat Gunungkidul: Suatu Kajian Antropologi Keruangan. Biokultur, 3(1), 292–315
  30. Martias, I. (2024). The Hydrosocial and Dwelling Perspectives of Telaga (Pond) in Gunungsewu Karst of Gunungkidul. Biokultur, 13(1), 37–54
  31. Matta, R. (2016). Food Incursions into Global Heritage: Peruvian Cuisine’s Slippery Road to UNESCO. Social Anthropology, 24(3), 338–352
  32. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2013 tentang Warisan Budaya Takbenda Indonesia. , Pub. L. No. 106, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Indonesia: Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1486
  33. Montanari, M. (2004). Food Is Culture. New York: Columbia University Press
  34. Poerwadarminta, W. J. S. (1939). Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters Uitgevers Maatschappij
  35. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 tentang Pengesahan Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage (Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda). , Pub. L. No. 78, Peraturan Presiden Republik Indonesia (2007). Indonesia: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 81
  36. Rahman, F. (2021). Ihwal Awal Gastronomi di Indonesia. Prisma: Jurnal Pemikiran Sosial Ekonomi, 40(1), 97–108
  37. Resident van Djokjakarta. (1926). Gegevens over Djokjakarta 1926 A. Djokjakarta
  38. Robischon, M. (2015). Ghost of the Forest: The Tangible and Intangible in Natural and Cultural Heritage. International Journal of Intangible Heritage, 10, 19–30
  39. Romagnoli, M. (2019). Gastronomic Heritage Elements at UNESCO: Problems, Reflections on and Interpretations of a New Heritage Category. In International Journal of Intangible Heritage (Vol. 14)
  40. Santilli, J. (2015). The Recognition of Foods and Food-Related Knowledge and Practices as an Intangible Cultural Heritage. Demetra: Food, Nutrition & Health, 10(3), 585–606
  41. Sudia, L. B., Indriyani, L., Erif, L. O. M., Hidayat, H., Qadri, M. S., Alimuna, W., … Hadjar, N. (2020). Kelimpahan Makrozoobenthos dan Kualitas Air Sungai yang Bermuara di Teluk Kendari. Jurnal Ecosolum, 9(1), 90–100
  42. Sunjata, W. P., Sumarno, & Mumfangati, T. (2014). Kuliner Jawa dalam Serat Centhini. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Daerah Istimewa Yogyakarta
  43. UNEP. (2021). Globally, 3 Billion People at Health Risk Due to Scarce Data on Water Quality. Retrieved July 5, 2025, from UNEP website: https://www.unep.org/news-and-stories/story/globally-3-billion-people-health-risk-due-scarce-data-water-quality
  44. UNESCO. (2003). Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage. Paris
  45. UNESCO Intangible Cultural Heritage. (2010). Traditional Mexican Cuisine - Ancestral, Ongoing Community Culture, the Michoacán Paradigm. Retrieved July 1, 2025, from UNESCO Intangible Cultural Heritage website: https://ich.unesco.org/en/RL/traditional-mexican-cuisine-ancestral-ongoing-community-culture-the-michoacan-paradigm-00400
  46. Wu, X., Yasin, M. A. I., Abdullah, K. B., Zhao, F., Yanmei, Z., Li, W., & Li, H. (2023). The Spread of Intangible Cultural Heritage in the Rural Agricultural Environment of Modern China Under the Epidemic Economic Environment. Agbioforum, 25(2), 81–95
  47. Wuryansari, E. (2022). Wader Liwet Kuliner Khas Gunungkidul. In C. Agus Mantara (Ed.), Kajian Warisan Budaya Takbenda Gunungkidul (pp. 137–252). Yogyakarta: Penerbit Elmatera
  48. Zamzuri, A. (2022). Wader Liwet: Memancing Ingatan tentang Kali Oya dan Potensi Kuliner dalam e-Economy. In T. Suwondo (Ed.), Dari Masakan Tradisional Berbasis Sega sampai Legenda Putri Boki Dehegila: Pernik-Pernik Bahasa, Sastra, dan Ekonomi Kreatif (pp. 145–153). Yogyakarta: Azzagrafika

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.