skip to main content

PENILAIAN RISIKO INFEKSI DENGAN SKOR MASCC PADA PENDERITA DEMAM NEUTROPENIA DI RUMAH SAKIT Dr. KARIADI DAN TELOGOREJO SEMARANG

*Fathur Nur Kholis  -  Dept Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Latar Belakang : Penilaian faktor risiko infeksi merupakan hal penting dalam pengelolaan penderita demam neutropenia. Pemilihan antibiotika empirik didasarkan pada besarnya skor risiko infeksi dan salah satu diantaranya adalah skor Multinational Association for  Supportive Care in Cancer (MASCC). Keterlambatan pemberian antibiotika empirik pada fase dini meningkatkan angka mordibitas dan mortabilitas, sedangkan pemberian antibiotika spectrum luas yang tidak rasional akan meningkatkan risiko efek samping dan resistensi kuman.

Tujuan : Mendapatkan gambaran risiko infeksi pada penderita demam neutropenia, hubungan antara ANC, MASCC, onset lama demam dan kultur kuman.

Metode : Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan belah lintang. Penelitian ini dilakukan di RSDK dan RS Telogorejo Semarang dengan jumlah sampel 29 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita demam neutropenia. Absoluet netrophil count (ANC) diperiksa di laboratorium patologi klinik FK Undip. Skor risiko infeksi diperoleh dari skor MASCC selanjutnya penderita dikelompokkan menjadi risiko rendah dan risiko tinggi. Pemeriksaan kultur darah, urin, sputum, sekret yang lain dan identifikasi mikrobiologi di laboratorium mikrobiologi FK Undip. Korelasi Rank Spearman menguji hubungan antara ANC dan MASCC. Chi square test untuk hubungan antara kultur kuman dengan kategori ANC dan MASCC serta onset lama demam dengan kultur kuman. Semua uji statistik dengan tingkat kemaknaan 95%.

Hasil : Sebanyak 21 subyek (72,4%) mengalami neutropenia berat (ANC <500/mm3). Angka kejadian infeksi pada hitung ANC <500 sebesar 71,4% sedangkan pada ANC 500-1000 sebesar 28,6% tetapi tidak ada hubungan bermakna antara ANC dengan kultur kuman (p=1,000). Sebanyak 72,4% (21 subyek) mengalami onset lama demam >24 jam (risiko tinggi) tetapi tidak ada hubungan bermakna antara onset lama demam dengan kultur kuman (p=0,427). Sebesar 65,51% (19 subyek) termasuk kelompok risiko rendah infeksi nilai skor MASCC high score (skor MASCC >21) dan tidak ada hubungan antara kategori MASCC dengan kultur (p=1,000). Tidak ada hubungan bermakna antara ANC dan MASCC (r=0,294, p=0,121). Tidak ada hubungan bermakna antara kultur kuman dengan ANC (p=1,000) maupun MASCC (p=1,000). Kuman terbanyak pada penderita dengan risiko tinggi (skor MASCC <21) adalah Gram-negatif 6,8% (E. Colli) dan Gram-positive 10,3% (S.Aureus, E.aerogenes), sedangkan penderita dengan risiko rendah (skor MASCC >21) adalah Gram-negative 13,7% (E.Colli P.aeroginosa), di ikuti S.aureus, E.aerogenes, P.mirabilis dan S.epidermidis masing-masing 3,4%.

Kesimpulan : Sebagian besar penderita demam neutropenia mengalami neutropenia berat (ANC <500/mm3) tetapi sebanyak 65,52% termasuk risiko rendah infeksi dengan skor MASCC >21 (high score). Kuman terbanyak pada penderita risiko tinggi (MASCC <21) adalah Gram-negative (E.Colli) dan Gram-positive (S.Aureus), sedangkan pada risiko rendah (MASCC >21) didominasi Gram-negative (E.Colli).

 

Kata kunci : Deman Neutropenia, Risiko Infeksi, ANC, Skor MASCC, Kultur Kuman.
Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.