skip to main content

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA RELIGI SUNAN MURIA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR ECO-CULTURAL

*Muhammad Amin  -  Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract
Dataran Tinggi Gunung Muria merupakan kawasan pegunungan atau dataran tinggi di Jawa Tengah, yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Kudus. Pemandangan alam yang menakjubkan dan destinasi wisata religi dan alam yang menarik untuk dikunjungi, membuat kawasan pegunungan muria mempunyai potensi yang cukup tinggi dalam kemajuan bidang pariwisata yang menyuguhkan berbagai destinasi wisata yang bermacam-macam: wisata religi, wisata alam, wisata budaya, dan wisata petualang. Beberapa objek wisata di kawasan pegunungan muria sudah mulai berkembang, diantaranya Bukit Puteran, Air Tiga Rasa Rejenu, Air Terjun Montel, Wana Wisata Kajar, Wana Wisata Ternadi, Makam Sunan Muria, Selam Semliro, Air Terjun Kedung Gender, Air Terjun Kali Banteng, dan Masjid Al- Aqsha Menara Kudus (Sunan Kudus). Dengan banyaknya destinasi wisata yang ada di daerah pegunungan muria yang cukup jauh dari kota menjadikan sarana akomodasi menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dengan mempertimbangkan fasilitas, biaya, jarak, dan lokasi yang strategis supaya dapat dijangkau dari beberapa destinasi wisata. Menurut Badan Statistik Kabupaten Kudus 2022 jumlah wisatawan domestik mengalami. Dengan adanya hotel resort di kawasan pegunungan muria ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sarana akomodasi bagi wisatawan dan memaksimalkan bidang pariwisata setempat. Minimnya fasilitas akomodasi bagi wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata di wilayah Colo, Kudus, menyebabkan potensi ekonomi di Kabupaten Kudus belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan sarana akomodasi berupa hotel resort yang memiliki ciri khas unik dengan mempertimbangkan aspek alam dan budaya untuk mengoptimalkan potensi yang ada serta meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Lokasi perancangan berada di Colo, Dawe, Kudus, pada lahan dengan kontur yang cukup curam karena berada di kawasan pegunungan. Desain ini menggunakan pendekatan kontekstual terhadap tapak untuk menghasilkan respons yang tepat, sehingga kualitas lahan tetap terjaga dan pembangunan hotel tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Penyesuaian terhadap aspek arsitektural dan kultural diharapkan dapat menciptakan keseimbangan dan keharmonisan antara lingkungan alami dan lingkungan buatan. Kata kunci : Resort, Potensi Lokal, Arsitektur Eco-Cultural
Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.