skip to main content

MALL UMKM DAN COMMUNITY CENTER DENGAN PENDEKATAN KULTURAL DI KOTA DKI JAKARTA

*Safa Medianto  -  Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Berdasarkan data Kementrian Ketenagakerjaan (Kemnaker) banyak orang yang terkena dampak pandemi sekitar 29,2 juta pekerja dirumahkan, setengah hari kerja, maupun PHK selama 2019-2021 dengan adanya pendataan tersebut banyak pekerja beralih profesi sebagai wirausahawan dengan mendirikan UMKM. Serta seiring dengan perkembangan zaman yang diikuti dengan isu globalisasi dan Provinsi DKI Jakarta sebagai kota metropolitan, budaya Betawi semakin terpinggirkan oleh budaya-budaya yang berasal dari luar. Selain itu, banyaknya pendatang baru maupun pekerja di jakarta setiap tahunnya membuat kebutuhan ruang publik untuk warga jakarta semakin meningkat. Serta menyebabkan kenaikan tingkat stres pada masyarakat, salah satunya dengan adanya kebijakan baru dikarenakan adanya pandemi yang memicu tingkat kecemasan para masyarakat timbul sangat cepat.  Tidak hanya itu, dengan adanya pengamen mapun pengemis ondel-ondel menandakan bahwa hilangnya ikon budaya Betawi, seharusnya ikon tersebut tidak digunakan untuk meminta-minta maupun mengemis, sehingga peran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sangat dibutuhkan dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan khususnya budaya Betawi. Dengan adanya isu tersebut maka dibutuhkannya ruang budaya dan ruang rekreasi yang dapat di kunjungi oleh seluruh kalangan untuk tetap mengembangkan pelestarian budaya dan mengembangkan UMKM di DKI Jakarta.

 

Fulltext View|Download
  1. Rubenstein, H. M. (1992). Pedestrian malls, streetscapes, and urban spaces. John Wiley & Sons
  2. DeLisle, J. R. (2005). US shopping center classifications: challenges and opportunities. Research Review, 12(2), 96-101
  3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan RI nomor. 14 tahun 2017, tentang Persyaratan kemudahan Bangunan Gedung

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.