BibTex Citation Data :
@article{JPPS14775, author = {Resthesia Hafidz Sedono}, title = {HOTEL BISNIS BINTANG EMPAT DAN CONVENTION DENGAN PENDEKATAN GREEN ARCHITECTURE DI KOTA SEMARANG}, journal = {Jurnal Poster Pirata Syandana}, volume = {3}, number = {2}, year = {2022}, keywords = {}, abstract = { Kota Semarang adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah menjadikannya salah satu kota yang dituju oleh para investor untuk menjalankan bisnisnya. Kota Semarang ada di urutan ke-11 kota dengan jumlah penduduk terbanyak dengan jumlah 1.653.524 jiwa penduduk (BPS). Jumlah penduduk yang besar tentunya akan mendatangkan ekonomi yang besar pula. Ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari besaran produk domestik bruto (PDB) daerah tersebut. PDB merupakan akumulasi dari berbagai unit ekomoni yakni besaran konsumsi penduduk, investasi atau penanaman modal, investasi pemerintah, serta besaran ekspor-impor. PDB Indonesia pada tahun 2019 mencapai angka 15.833,9 triliun rupiah (BPS) sedangkan PDB regional Kota Semarang pada 2019 sebesar 191.365 miliar rupiah (BPS). Angka ekonomi Kota Semarang tersebut terdiri dari beberapa sektor ekonomi. BPS menunjukkan kalau sektor perdagangan memiliki porsi sebesar 13,61% terhadap PDB regional. Angka tersebut juga menjadi yang paling besar di antara wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah sehingga Kota Semarang berperan sebagai pusat ekonomi Provinsi Jawa tengah didukung dengan kedudukan Kota Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Dunia bisnis perdagangan yang berkembang akan menimbulkan bisnis lain yakni MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Bisnis perdagangan, terutama bisnis menengah dan besar memerlukan tempat yang dapat mengakomodasi kegiatan perusahaan seperti pertemuan, konvensi, dll. Secara sederhana, Pendit (1999, dalam Fafurida, 2016) mendefinisikan bisnis MICE sebagai bisnis yang memberikan jasa pelayanan bagi pertemuan sekelompok orang (cendekiawan, pelaku bisnis, dll) yang berkumpul untuk membahas hal yang berkaitan dengan urusan bersama. Bisnis MICE terus berkembang seiring waktu. Data yang dikeluarkan oleh Bappeda Kota Semarang menunjukkan perkembangan kegiatan MICE di Kota Semarang salah satunya ditunjukkan oleh kenaikan infrastruktur penunjang bisnis MICE. Infrastruktur penunjang MICE pada tahun 2012 berjumlah 5793 dan bertambah menjadi 6953 pada tahun 2015. Kenaikan ini secara tidak langsung menggambarkan besarnya industri ini yang memantik pertumbuhan infrastruktur pendukungnya. Sedangkan bila dirinci lagi, dalam usaha perhotelan, kegiatan meeting mendominasi usaha penyewaan ruang. Meeting berkontribusi sebesar 54%, diikuti dengan Connvention sebesar 28%, Incentive 13%, dan Exhibition 4%. maka dibutuhkan tempat yang memadai untuk mengakomodasi kegiatan tersebut. Perencanaan Hotel Bisnis Bintang 4 di Kota Semarang memiliki nilai penting karena perkembangan bisnis Kota Semarang yang pesat dan potensi bisnisnya. }, issn = {2715-6397}, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jpps/article/view/14775} }
Refworks Citation Data :
Kota Semarang adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah menjadikannya salah satu kota yang dituju oleh para investor untuk menjalankan bisnisnya. Kota Semarang ada di urutan ke-11 kota dengan jumlah penduduk terbanyak dengan jumlah 1.653.524 jiwa penduduk (BPS). Jumlah penduduk yang besar tentunya akan mendatangkan ekonomi yang besar pula. Ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari besaran produk domestik bruto (PDB) daerah tersebut. PDB merupakan akumulasi dari berbagai unit ekomoni yakni besaran konsumsi penduduk, investasi atau penanaman modal, investasi pemerintah, serta besaran ekspor-impor. PDB Indonesia pada tahun 2019 mencapai angka 15.833,9 triliun rupiah (BPS) sedangkan PDB regional Kota Semarang pada 2019 sebesar 191.365 miliar rupiah (BPS). Angka ekonomi Kota Semarang tersebut terdiri dari beberapa sektor ekonomi. BPS menunjukkan kalau sektor perdagangan memiliki porsi sebesar 13,61% terhadap PDB regional. Angka tersebut juga menjadi yang paling besar di antara wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah sehingga Kota Semarang berperan sebagai pusat ekonomi Provinsi Jawa tengah didukung dengan kedudukan Kota Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Dunia bisnis perdagangan yang berkembang akan menimbulkan bisnis lain yakni MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Bisnis perdagangan, terutama bisnis menengah dan besar memerlukan tempat yang dapat mengakomodasi kegiatan perusahaan seperti pertemuan, konvensi, dll. Secara sederhana, Pendit (1999, dalam Fafurida, 2016) mendefinisikan bisnis MICE sebagai bisnis yang memberikan jasa pelayanan bagi pertemuan sekelompok orang (cendekiawan, pelaku bisnis, dll) yang berkumpul untuk membahas hal yang berkaitan dengan urusan bersama. Bisnis MICE terus berkembang seiring waktu. Data yang dikeluarkan oleh Bappeda Kota Semarang menunjukkan perkembangan kegiatan MICE di Kota Semarang salah satunya ditunjukkan oleh kenaikan infrastruktur penunjang bisnis MICE. Infrastruktur penunjang MICE pada tahun 2012 berjumlah 5793 dan bertambah menjadi 6953 pada tahun 2015. Kenaikan ini secara tidak langsung menggambarkan besarnya industri ini yang memantik pertumbuhan infrastruktur pendukungnya. Sedangkan bila dirinci lagi, dalam usaha perhotelan, kegiatan meeting mendominasi usaha penyewaan ruang. Meeting berkontribusi sebesar 54%, diikuti dengan Connvention sebesar 28%, Incentive 13%, dan Exhibition 4%. maka dibutuhkan tempat yang memadai untuk mengakomodasi kegiatan tersebut. Perencanaan Hotel Bisnis Bintang 4 di Kota Semarang memiliki nilai penting karena perkembangan bisnis Kota Semarang yang pesat dan potensi bisnisnya.
Last update:
JURNAL POSTER PIRATA SYANDANA (ISSN : 2715-6397)
Mailing Address:
Departemen Arsitektur FT. UNDIP
Jl. Prof. Soedarto, SH Kampus Tembalang Semarang Indonesia 50275
Telp. (024) 7470690 Fax. (024) 7470690
email : jpps@arsitektur.undip.ac.id
indexed by googlescholar, portal garuda