1Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Indonesia
2Pusat Riset Oseanografi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JKT17134, author = {Hotmariyah Hotmariyah and Munasik Munasik and Puji Rahmadi}, title = {Valuasi Ekosistem Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Pulau Gili Matra menggunakan Analisis Emergy}, journal = {Jurnal Kelautan Tropis}, volume = {26}, number = {1}, year = {2023}, keywords = {Analisis Emergy; nilai ekosistem Terumbu Karang; Kawasan Konservasi Pulau Gili Matra}, abstract = { The main problem in assessing coral reef ecosystems is selecting the right method to describe their ecological potential. The percentage of live coral cover has so far been used to indicate the condition of coral reefs. This assessment method is easy to apply but has not been able to describe the value of the ecosystem for the benefit of loss or damage to coral reef ecosystems. Further analysis based on energy use for the delivery of ecosystem services is needed, which is called Emergy analysis. This study aims to determine the value of coral reef ecosystems in the Pulau Gili Matra Marine Protected Area , Lombok, West Nusa Tenggara using Emergy analysis. Valuation of ecosystem services in the total emergy calculations is carried out by collecting data on live coral cover, biomass of zooxanthellae , reef fish and megabenthos in different management zones, i.e. core zone, utilization zone and fisheries zone. Meanwhile, energy supplies from outside the system, namely the sun and tides are also included in this total emergy calculation. The results show that the highest total emergy value is found in the core zone, 1.44E+15 sej/year while the lowest is in the fisheries zone, 2.94E+14 sej/year. Equalizing the value of the coral reef ecosystem with money, using the calculation of the Emergy to Money Ratio (EMR), the EMR value is 5.75E+07 sej per Rupiah (Rp). As a result, the value of the coral reef ecosystem is Rp 7.115.291/m 2 /year in the core zone and Rp 4.261.099/m 2 /year in the fishery zone. The value of a coral reef ecosystem can be determined from the condition of the coral reef which includes variables on live coral cover, biomass of zooxanthellae, reef fish and megabenthos. Permasalahan utama dalam penilaian ekosistem terumbu karang adalah memilih metode yang tepat untuk menggambarkan potensi ekologinya. Persentase tutupan karang hidup sejauh ini digunakan untuk menunjukkan kondisi terumbu karang. Metode penilaian ini mudah untuk diterapkan tetapi belum mampu menggambarkan nilai ekosistem untuk kepentingan kerugian atau kerusakan ekosistem terumbu karang. Diperlukan analisis lanjutan berbasis penggunaan energi untuk menyediakan layanan ekosistem yang disebut analisis Emergy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai (value) ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Pulau Gili Matra, Lombok, Nusa Tenggara Barat menggunakan analisis Emergy. Penilaian layanan ekosistem berupa penghitungan total emergy dilakukan melalui pengumpulan data tutupan karang hidup, biomassa zooxanthella , ikan terumbu karang dan megabentos di zona pengelolaan yang berbeda, yaitu zona inti, pemanfaatan dan perikanan. Sedangkan pasokan energi dari luar sistem, yaitu matahari dan pasang surut juga disertakan dalam perhitungan total emergy ini. Hasil menunjukkan bahwa nilai total emergy di zona inti memiliki nilai tertinggi, sebesar 1.44E+15 sej/ th sedangkan yang terendah di zona perikanan yaitu 2.94E+14 sej/ th . Penyetaraan nilai ekosistem terumbu karang dengan nilai uang, menggunakan perhitungan rasio emergy terhadap mata uang (Emergy to Money Ratio/EMR), nilai EMR adalah 5.75E+07 sej per Rupiah (Rp). Nilai ekosistem terumbu karang sebesar Rp. 7.115.291 / m 2 / th di zona inti dan sebesar Rp. 4.261.099 / m 2 /t h di zona perikanan. Nilai ekosistem terumbu karang hasil analisis Emergy dapat ditentukan dari kondisi terumbu karang yang meliputi variabel tutupan karang hidup, biomassa zooxanthellae, ikan terumbu karang dan megabentos. }, issn = {2528-3111}, pages = {179--189} doi = {10.14710/jkt.v26i1.17134}, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt/article/view/17134} }
Refworks Citation Data :
The main problem in assessing coral reef ecosystems is selecting the right method to describe their ecological potential. The percentage of live coral cover has so far been used to indicate the condition of coral reefs. This assessment method is easy to apply but has not been able to describe the value of the ecosystem for the benefit of loss or damage to coral reef ecosystems. Further analysis based on energy use for the delivery of ecosystem services is needed, which is called Emergy analysis. This study aims to determine the value of coral reef ecosystems in the Pulau Gili Matra Marine Protected Area, Lombok, West Nusa Tenggara using Emergy analysis. Valuation of ecosystem services in the total emergy calculations is carried out by collecting data on live coral cover, biomass of zooxanthellae, reef fish and megabenthos in different management zones, i.e. core zone, utilization zone and fisheries zone. Meanwhile, energy supplies from outside the system, namely the sun and tides are also included in this total emergy calculation. The results show that the highest total emergy value is found in the core zone, 1.44E+15 sej/year while the lowest is in the fisheries zone, 2.94E+14 sej/year. Equalizing the value of the coral reef ecosystem with money, using the calculation of the Emergy to Money Ratio (EMR), the EMR value is 5.75E+07 sej per Rupiah (Rp). As a result, the value of the coral reef ecosystem is Rp 7.115.291/m2/year in the core zone and Rp 4.261.099/m2/year in the fishery zone. The value of a coral reef ecosystem can be determined from the condition of the coral reef which includes variables on live coral cover, biomass of zooxanthellae, reef fish and megabenthos.
Permasalahan utama dalam penilaian ekosistem terumbu karang adalah memilih metode yang tepat untuk menggambarkan potensi ekologinya. Persentase tutupan karang hidup sejauh ini digunakan untuk menunjukkan kondisi terumbu karang. Metode penilaian ini mudah untuk diterapkan tetapi belum mampu menggambarkan nilai ekosistem untuk kepentingan kerugian atau kerusakan ekosistem terumbu karang. Diperlukan analisis lanjutan berbasis penggunaan energi untuk menyediakan layanan ekosistem yang disebut analisis Emergy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai (value) ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Pulau Gili Matra, Lombok, Nusa Tenggara Barat menggunakan analisis Emergy. Penilaian layanan ekosistem berupa penghitungan total emergy dilakukan melalui pengumpulan data tutupan karang hidup, biomassa zooxanthella, ikan terumbu karang dan megabentos di zona pengelolaan yang berbeda, yaitu zona inti, pemanfaatan dan perikanan. Sedangkan pasokan energi dari luar sistem, yaitu matahari dan pasang surut juga disertakan dalam perhitungan total emergy ini. Hasil menunjukkan bahwa nilai total emergy di zona inti memiliki nilai tertinggi, sebesar 1.44E+15 sej/th sedangkan yang terendah di zona perikanan yaitu 2.94E+14 sej/th. Penyetaraan nilai ekosistem terumbu karang dengan nilai uang, menggunakan perhitungan rasio emergy terhadap mata uang (Emergy to Money Ratio/EMR), nilai EMR adalah 5.75E+07 sej per Rupiah (Rp). Nilai ekosistem terumbu karang sebesar Rp. 7.115.291/m2/th di zona inti dan sebesar Rp. 4.261.099/m2/th di zona perikanan. Nilai ekosistem terumbu karang hasil analisis Emergy dapat ditentukan dari kondisi terumbu karang yang meliputi variabel tutupan karang hidup, biomassa zooxanthellae, ikan terumbu karang dan megabentos.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Kelautan Tropis is published by Departement of Marine Science, Faculty of Fisheries and Marine Science, Universitas Diponegoro under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.