skip to main content

Lodong Me Sebagai Ucapan Syukur Kelahiran Anak dan Restu Para Leluhur Perspektif Adat Maumere, Sikka, Flores

Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Jl. Terusan Rajabasa No.2, Pisang Candi, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa Timur 65146, Indonesia

Received: 28 Aug 2023; Published: 31 Oct 2023.

Citation Format:
Abstract

Abstrak

Lodong me atau l’lohor me merupakan suatu upacara adat syukuran kelahiran seorang anak dalam keadaan sehat walafiat, yang telah dilakukan oleh masyarakat Sikka, Maumere, Flores. Upacara ini mengandung tahap-tahap pertama, Menceritakan Mitos Kepercayaan Yang Ada. Kedua, Saat Bayi Dilahirkan. Dilanjutkan dengan Lodong Me atau L’lohor Me Sebagai Ucapan Syukur Kelahiran Anak dan Restu Para Leluhur. Melihat perkembangan zaman yang semakin maju budaya yang baik menjadi pudar. Tradisi dan adat istiadat sudah dilupakan dan dianggap tidak bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memaknai lodong me atau l’lohor me sebagai ucapan syukur kelahiran anak dan restu dari para leluhur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan naturalistik. Penyediaan data menggunakan wawancara dan studi pustaka. Penyajian hasil analisis data dilakukan secara informal. Temuan dari hasil penelitian ini adalah tahap-tahap upacara lodong me atau l’lohor me yang memiliki nilai dan makna seperti pertama, Nilai Dalam Aspek Kehidupan Sosial. Kedua, Nilai Dalam Kehidupan Religius yang mengandung makna alam sebagai ciptaan Tuhan. Sedangkan yang ketiga, Nilai Dalam Kehidupan Bermasyarakat.

Fulltext View|Download
Keywords: Sikka; Leluhur; Adat; Lodong me atau L’lohor me; Ama Pu (Tuhan)
Funding: Sekolah Tinggi Filsafat Widya Sasana Malang

Article Metrics:

  1. Daftar Pustaka
  2. Aswiyati, Indah. 2015. Makna dan Jalannya Upacara "Puputan" dan "Selapanan" Dalam Adat Upacara Tradisional Kelahiran Bayi Bagi Masyarakat Jawa. dalam “Jurnal Holistik, Tahun Viii No. 16 / Juli - Desember”
  3. Arndt, Paul. 2002. Hubungan Kemasyarakatan Di Wilayah Sikka (Flores Tengah Bagian Timur). Maumere: Puslit Candraditya
  4. Dasi, Simplifies. 2013. Mengenal Budaya Leluhur Nian Tana Sikka. Maumere: Ledalero
  5. Humanae Vitae: 1968. Ensiklik Paus Paulus VI Tentang Pengaturan Kelahiran Dokumen Konsili Vatikan II, Diterjemah: Thomas Eddy Susanto, SCJ. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Art. 8, No. 139
  6. Koentjaraningrat. I984. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan
  7. Khaidir, Fransiskus dan Aurelius., 2018. Peran Karang Taruna Ata Natar Dalam Membentuk Sikap Kepemimpinan Pemuda Di Desa Langir Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka. dalam “Jurnal JUPEKN: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 3, No. 1”
  8. Klega, Maria, Nona Nur Chotimah, Abdulah Muis Kasim., 2021. Ritus Lodo Huer Dalam Prespektif Hukum Adat (Studi Terhadap Masyarakat Adat Hewokloang, Desa Hewokloang, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka), dalam “Jurnal JUPEKN http://dx.doi.org/ 10.24269/jpk email: jpk@umpo.ac.id
  9. Lero, Mauritius. 2020. Skripsi: Makna Kelahiran dalam adat Sikka Flores. Malang: Widya Sasana
  10. Lewis, E.D. 2010. Pemburu Yang Cekatan. Maumere: Ledalero
  11. Moleong, L. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Renaraja Rosda Karya
  12. Pareira, Oskar Mandalangi. E. D. Lewis (Editor). 2008. Hikayat Kerajaan Sikka, Maumere: Ledalero
  13. Pareira, M. Mandalangi. 1988. Adat-Istiadat Sikka Krowe. Maumere: Ledalero

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.