1Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia 50275, Indonesia
2Division of Marine Life Science, Graduate School of Fisheries Science, Hokkaido University, Japan
BibTex Citation Data :
@article{SAT14431, author = {Vanda Delima Warno Putri and Desrina Desrina and Sarjito Sarjito and Alfabertian Herjuno Haditomo}, title = {Pengaruh Perbedaan Periode Paparan Detergen Terhadap Histopatologi Insang Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)}, journal = {Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture}, volume = {6}, number = {2}, year = {2022}, keywords = {}, abstract = { Detergen merupakan limbah domestik yang paling umum mengkontaminasi lingkungan perairan dan menyebabkan berbagai toksisitas terhadap organisme akuatik sehingga mempengaruhi aktivitas budidaya, salah satunya pada budidaya ikan nila. Detergen memiliki sifat iritan dan toksik yang dapat mengakibatkan perubahan struktural pada organ tubuh ikan. Insang merupakan organ yang rentan terdampak polutan karena terjadi kontak langsung dengan kontaminan dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi insang benih ikan nila yang terpapar detergen pada periode paparan yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium akuakultur Universitas Diponegoro Semarang, menggunakan metode penelitian rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan nila berumur ±2 bulan dengan bobot rata-rata 1,24±0,3 gr/ekor. Dosis detergen yang digunakan adalah dosis subletal yaitu 2,4 mg/L yang ditambahkan pada setiap perlakuan kecuali perlakuan A (kontrol). Lama paparan pada setiap perlakuan A, B, C, dan D secara berturut-turut yaitu 45, 15, 30, dan 45 hari. Parameter yang diukur meliputi gambaran histopatologi insang, gejala klinis, mortalitas dan kualitas air. Tingkat kerusakan insang ditentukan dengan metode skoring dan dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis, apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan periode paparan detergen memberikan perubahan histopatologi insang berupa edema, hipertrofi, hiperplasia dan fusi dengan tingkat kerusakan terparah pada perlakuan D (rata-rata skor 4), diikuti perlakuan C (rata-rata skor 3), perlakuan B (rata-rata skor 1,33) dan perlakuan A (rata-rata skor 0). Hasil kelulushidupan terendah yaitu pada perlakuan D sebesar 75,56% dan tertinggi pada perlakuan A sebesar 95,56%. Nilai kualitas air selama penelitian masih berada dikisaran yang layak yaitu DO 3,5-8,7 mg/l, suhu 25-29°C dan pH 7,1-7,9. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perbedaan periode paparan detergen memberikan pengaruh nyata terhadap histopatologi insang benih ikan nila. Tingkat kerusakan insang tertinggi hingga terendah yaitu perlakuan D, diikuti perlakuan C, perlakuan B dan perlakuan A. }, issn = {2621-0525}, pages = {255--265} doi = {10.14710/sat.v6i2.14431}, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/sat/article/view/14431} }
Refworks Citation Data :
Detergen merupakan limbah domestik yang paling umum mengkontaminasi lingkungan perairan dan menyebabkan berbagai toksisitas terhadap organisme akuatik sehingga mempengaruhi aktivitas budidaya, salah satunya pada budidaya ikan nila. Detergen memiliki sifat iritan dan toksik yang dapat mengakibatkan perubahan struktural pada organ tubuh ikan. Insang merupakan organ yang rentan terdampak polutan karena terjadi kontak langsung dengan kontaminan dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi insang benih ikan nila yang terpapar detergen pada periode paparan yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium akuakultur Universitas Diponegoro Semarang, menggunakan metode penelitian rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan nila berumur ±2 bulan dengan bobot rata-rata 1,24±0,3 gr/ekor. Dosis detergen yang digunakan adalah dosis subletal yaitu 2,4 mg/L yang ditambahkan pada setiap perlakuan kecuali perlakuan A (kontrol). Lama paparan pada setiap perlakuan A, B, C, dan D secara berturut-turut yaitu 45, 15, 30, dan 45 hari. Parameter yang diukur meliputi gambaran histopatologi insang, gejala klinis, mortalitas dan kualitas air. Tingkat kerusakan insang ditentukan dengan metode skoring dan dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis, apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan periode paparan detergen memberikan perubahan histopatologi insang berupa edema, hipertrofi, hiperplasia dan fusi dengan tingkat kerusakan terparah pada perlakuan D (rata-rata skor 4), diikuti perlakuan C (rata-rata skor 3), perlakuan B (rata-rata skor 1,33) dan perlakuan A (rata-rata skor 0). Hasil kelulushidupan terendah yaitu pada perlakuan D sebesar 75,56% dan tertinggi pada perlakuan A sebesar 95,56%. Nilai kualitas air selama penelitian masih berada dikisaran yang layak yaitu DO 3,5-8,7 mg/l, suhu 25-29°C dan pH 7,1-7,9. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perbedaan periode paparan detergen memberikan pengaruh nyata terhadap histopatologi insang benih ikan nila. Tingkat kerusakan insang tertinggi hingga terendah yaitu perlakuan D, diikuti perlakuan C, perlakuan B dan perlakuan A.
Article Metrics:
Last update:
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture (e-ISSN: 2621-0525) is published by Aquaculture Department, Faculty of Fisheries and Marine Science, Diponegoro University
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats