BibTex Citation Data :
@article{Rineka29578, author = {Khalisa Syahira and Siti Maziyah and Suryani Suryani}, title = {Mencanting Masa Depan: Dedikasi dan Strategi SMAN 11 Semarang Melestarikan Batik Semarangan di Tengah Arus Globalisasi}, journal = {Rineka : Jurnal Antropologi}, volume = {1}, number = {2}, year = {2025}, keywords = {}, abstract = { ABSTRAK Penelitian ini membahas strategi pelestarian eksistensi Batik Semarangan melalui kegiatan membatik bagi siswa SMAN 11 Semarang. Latar belakang penelitian ini berangkat dari tantangan globalisasi yang mengakibatkan menurunnya minat dan apresiasi generasi muda terhadap batik, padahal batik merupakan warisan budaya takbenda Indonesia yang telah diakui UNESCO sejak 2009. Penurunan apresiasi dan minat generasi muda dalam batik ini dapat berdampak menjadi generasi yang tidak melek budaya dan tidak memiliki rasa kepemilikan akan warisan budaya Indonesia. SMAN 11 Semarang menjadi salah satu sekolah yang konsisten melaksanakan kegiatan membatik sebagai bagian dari mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU), serta melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), pameran, dan lomba. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Data diperoleh melalui observasi partisipan, wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru PKWU, dan siswa, serta studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMAN 11 Semarang mampu menyesuaikan pembelajaran membatik dari tantangan internal maupun eksternal yang disesuaikan gaya pembelajaran siswa dengan dedikasi dan konsistensinya dalam pelestarian batik sejak tahun 2013. Antusiasme siswa dan guru juga berperan besar dalam keberlanjutan strategi pelestarian batik dan pewarisan nilai budaya serta apresiasi bagi siswa di SMAN 11 Semarang terhadap batik. Kegiatan membatik di SMAN 11 Semarang tidak hanya sebagai wadah untuk mempertahankan warisan budaya, tetapi juga mengembangkan kreativitas, memperkuat identitas budaya lokal, dan mendorong peluang wirausaha di kalangan siswa. Kata Kunci : Batik Semarangan. Pelestarian Batik. Membatik. SMAN 11 Semarang. ABSTRACT This study examines the strategy for preserving the existence of Semarangan Batik through batik-making activities for students of SMAN 11 Semarang. The background of this research stems from the challenges of globalization, which have led to a decline in young people's interest and appreciation in batik, even though batik is an intangible cultural heritage of Indonesia recognized by UNESCO since 2009. The decreasing interest and appreciation for batik among the youth may lead to a generation that is culturally unaware and possesses no sense of belonging or responsibility toward Indonesian cultural heritage. SMAN 11 Semarang is one of the schools consistently implementing batik-making activities as part of the Craft and Entrepreneurship (PKWU) subject, as well as through the Pancasila Student Profile Strengthening Project (P5), exhibitions, and competitions. This research employs a qualitative method with an ethnographic approach. Data were collected through participant observation, in-depth interviews with the principal, PKWU teachers, and students, as well as document studies. The results of the study show that SMAN 11 Semarang has been able to adapt batik learning to both internal and external challenges by aligning it with students’ learning styles, while maintaining dedication and consistency in batik preservation since 2013. The enthusiasm of both students and teachers also plays a significant role in sustaining batik preservation strategies and in passing down cultural values as well as fostering appreciation of batik among the students of SMAN 11 Semarang. Batik activities at SMAN 11 Semarang serve not only as a medium for safeguarding cultural heritage, but also for developing creativity, strengthening local cultural identity, and promoting entrepreneurial opportunities among students. Keywords : Semarangan Batik. Batik Preservation. Batik-making. SMAN 11 Semarang. }, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/rineka/article/view/29578} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas strategi pelestarian eksistensi Batik Semarangan melalui kegiatan membatik bagi siswa SMAN 11 Semarang. Latar belakang penelitian ini berangkat dari tantangan globalisasi yang mengakibatkan menurunnya minat dan apresiasi generasi muda terhadap batik, padahal batik merupakan warisan budaya takbenda Indonesia yang telah diakui UNESCO sejak 2009. Penurunan apresiasi dan minat generasi muda dalam batik ini dapat berdampak menjadi generasi yang tidak melek budaya dan tidak memiliki rasa kepemilikan akan warisan budaya Indonesia. SMAN 11 Semarang menjadi salah satu sekolah yang konsisten melaksanakan kegiatan membatik sebagai bagian dari mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU), serta melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), pameran, dan lomba. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Data diperoleh melalui observasi partisipan, wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru PKWU, dan siswa, serta studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMAN 11 Semarang mampu menyesuaikan pembelajaran membatik dari tantangan internal maupun eksternal yang disesuaikan gaya pembelajaran siswa dengan dedikasi dan konsistensinya dalam pelestarian batik sejak tahun 2013. Antusiasme siswa dan guru juga berperan besar dalam keberlanjutan strategi pelestarian batik dan pewarisan nilai budaya serta apresiasi bagi siswa di SMAN 11 Semarang terhadap batik. Kegiatan membatik di SMAN 11 Semarang tidak hanya sebagai wadah untuk mempertahankan warisan budaya, tetapi juga mengembangkan kreativitas, memperkuat identitas budaya lokal, dan mendorong peluang wirausaha di kalangan siswa.
Kata Kunci: Batik Semarangan. Pelestarian Batik. Membatik. SMAN 11 Semarang.
ABSTRACT
This study examines the strategy for preserving the existence of Semarangan Batik through batik-making activities for students of SMAN 11 Semarang. The background of this research stems from the challenges of globalization, which have led to a decline in young people's interest and appreciation in batik, even though batik is an intangible cultural heritage of Indonesia recognized by UNESCO since 2009. The decreasing interest and appreciation for batik among the youth may lead to a generation that is culturally unaware and possesses no sense of belonging or responsibility toward Indonesian cultural heritage. SMAN 11 Semarang is one of the schools consistently implementing batik-making activities as part of the Craft and Entrepreneurship (PKWU) subject, as well as through the Pancasila Student Profile Strengthening Project (P5), exhibitions, and competitions. This research employs a qualitative method with an ethnographic approach. Data were collected through participant observation, in-depth interviews with the principal, PKWU teachers, and students, as well as document studies. The results of the study show that SMAN 11 Semarang has been able to adapt batik learning to both internal and external challenges by aligning it with students’ learning styles, while maintaining dedication and consistency in batik preservation since 2013. The enthusiasm of both students and teachers also plays a significant role in sustaining batik preservation strategies and in passing down cultural values as well as fostering appreciation of batik among the students of SMAN 11 Semarang. Batik activities at SMAN 11 Semarang serve not only as a medium for safeguarding cultural heritage, but also for developing creativity, strengthening local cultural identity, and promoting entrepreneurial opportunities among students.
Last update: