skip to main content

PERSEPSI DOKTER DALAM MERUJUK PENYAKIT NONSPESIALISTIK DI LAYANAN KESEHATAN PRIMER DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta)

*Aras Utami  -  Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Indonesia
Yulita Hendrartini  -  Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Indonesia
Mora Claramita  -  Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Latar Belakang:Dokter layanan primer berperan sebagai gatekeeper untuk mengurangi biaya dengan membatasi rujukan ke pelayanan spesialis yang tidak sesuai. Pembatasan penggunaan pelayanan spesialis yang tidak perlu bisa meningkatkan kualitas pelayanan.Pembatasan rujukan dalam jaminan kesehatan nasional (JKN) antara lain dengan diberlakukannya 144 diagnosis penyakit level kompetensi 4 yang harus dilayani di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).Ada 13 kasus terbanyak dari 144 diagnosis penyakit nonspesialistik yang dirujuk ke pelayanan kesehatan tingkat lanjut (FKTL) berdasarkan hasil monitoring BPJS Kesehatan Jawa Tengah-DIY tahun 2014.Meningkatnya kasus penyakit yang dirujuk ke FKTL meningkatkan biaya pelayanan kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dokter merujuk 13 penyakit nonspesialistik berdasarkan persepsi dokter.

Metode:Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan pendekatan “grounded theory”. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2015 di DIY.Sampel dipilih secara purposive.Jumlah sampel 20 FKTP.Responden adalah dokter.Pengumpulan data dengan wawancara mendalam.Triangulasi dilakukan kepada sumber yang berbeda dan observasi.

Hasil:Faktor yang mempengaruhi dokter dalam merujuk penyakit meliputi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang menurut dokter dirasa cukup dominan meliputi kurangnya ketersediaan obat seperti obat-obat yang masuk dalam program rujuk balik (PRB); kurangnya ketersediaan alat medis seperti alat fisioterapi, alat pemeriksaan mata, alat penyedot serumen, permintaan pasien; kebijakan BPJS tentang penjaminan resep kacamata hanya bisa di dokter spesialis mata di FKTL; dan perilaku dokter spesialis rumah sakit yang tidak mengembalikan pasien PRB ke FKTP. Faktor internal antara lain faktor penyulit penyakit seperti tidak respon dengan pengobatan, multidrug resistan tuberculosis (MDR-Tb); dan kompetensi dokter yang kurang pada penyakit Bell’s palsy dan presbiopia.

Kesimpulan: Faktor-faktor yang mempengaruhi dokter merujuk penyakit adalah kurangnya alat medis, kurangnya ketersediaan obat, permintaan pasien, kebijakan BPJS Kesehatan, perilaku dokter spesialis, dan faktor penyulit penyakit, serta kompetensi dokter yang kurang.

 

Kata kunci: dokter layanan primer, rujukan, pelayanan kesehatan primer, jaminan kesehatan nasional

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.