skip to main content

PERANCANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA DAYAK SAMARINDA DI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

*Ath Thaariq Rifqi Oktafri  -  Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract
Kalimantan Timur merupakan salah satu kota yang memiliki sumber daya alam yang besar. Sumber daya batu bara pulau Pulau Kalimantan adalah 51,9 miliar ton. Berdasarkan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) 2022 yaitu sebesar 53,24 persen terhadap Produk Domestik Bruto provinsi tersebut atau senilai Rp490,5 triliun. Maka di Kota Samarinda merupakan ibukota provinsi Kalimantan Timur yang merupakan kota yang dipenuhi industri tambang batu bara. Hal ini menimbulkan dampak buruk pengembangan sektor pariwisata yaitu terjadi pembuangan lahan dari pertambangan batu bara. Dampak yaitu merusak lingkungan dan ekologis sehingga merusak pada Masyarakat sekitar. Sementara dari segi sosial terutama penduduk asli di Kalimantan yaitu suku Daya juga akan merasakan dampak dari kersuakan pada alam karena bekas tambang batu bara. Oleh karena itu, memerlukan memulihkan pada pasca tambang batu bara dengan cara yaitu reklamasi. Metode dengan cara menyelesaikan reklamasi yaitu Proses reklamasi sering melibatkan serangkaian langkah seperti pengembalian topografi asli, penanaman vegetasi, pengaturan drainase, dan perbaikan kualitas tanah. Maka setelah reklamasi lahan pasca tambang batu bara akan menjadi kawasan wisata budaya Dayak Samarinda, karena lokasi pada tapak yang dikelilingi oleh penduduk asli yang memiliki latar belakang yaitu suku Dayak. Selain itu, juga untuk meningkatkan ekonomi pariwsata pada masayarakat lokal untuk laju pertumbuhan ekonomi. Dalam perancang ini pendekatan dengan arsitektur neo-vernakular dengan memperhatian pada keselarasan antara budaya dan lingkungan. Tujuan dari penggunaan pendekatan arsitektur neo-vernakular adalah untuk menjaga kelestarian budaya suku Dayak Samarinda. Pendekatan ini akan menerapkan penyesuaian dengan lingkungan alam yang adanya, menekankan dengan material lokal, sistem bangunan yang hemat energi, dan minim limbah, serta desain yang mampu mendukung aktivitas tradisi dan para pengunjung untuk melakukan wisata. Dengan demikian, fungsi reklamasi lahan pasca tambang batu bara dapat memulihkan ekosistem yang terganggu, meningkatkan kualitas udara dan air, serta menciptakan habitat baru untuk flora dan fauna, hingga meningkatkan kualitas Masyarakat lokal.
Fulltext
  1. Aipassa, M. I., Zainuddin, Z., & Hasan, H. (2020). Tingkat keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang batubara pada PT Bukit Baiduri Energi Kabupaten Kutai Kartanegara kota Samarinda Kalimantan Timur
  2. Dinamika Lingkungan Indonesia, 7(2), 102. https://doi.org/10.31258/dli.7.2.p.102-110
  3. Mahrita, M., Mintarti, S., & Fitriadi, F. (2016). Analisis sektor ekonomi provinsi kalimantan timur. Inovasi : Jurnal Ekonomi, Keuangan, Dan Manajemen, 12(2), Article 2. https://doi.org/10.30872/jinv.v12i2.808
  4. Widi, C., & Prayogi, L. (2020). Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular pada Bangunan Buday dan Hiburan. Jurnal Arsitektur ZONASI, 3(3), 282–290. https://doi.org/10.17509/jaz.v3i3.23761

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.