skip to main content

LIFESTYLE CENTER BERKONSEP OPEN AIR MALL YANG SELARAS DENGAN KARAKTERISTIK DAN BUDAYA MASYARAKAT YOGYAKARTA

*Iola Alfiya Rifda  -  Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract
Dalam beberapa tahun terakhir, konsep pusat perbelanjaan modern (mall) di Yogyakarta merupakan bangunan berjenis mall tertutup atau enclosed mall, sehingga kegiatan berbelanja hanya terfokus dan berputar di dalam bangunan tanpa memiliki hubungan dengan alam luar. Hal ini membuat masyarakat Yogyakarta memiliki stigma yang buruk terhadap Mall, yaitu pembangunan mall merupakan bangunan massive yang tertutup yang mengurangi lahan hijau, ruang publik, dan area resapan. Selain itu, terdapat stigma buruk lainnya mengenai hilangnya karakteristik dan budaya masyarakat Yogyakarta yaitu interaksi sosial yang tinggi di luar ruangan. Hal itu tergambarkan dengan selalu ramainya ruang terbuka publik di Yogyakarta seperti Kawasan Malioboro, Titik Nol, dan Alun-alun Kidul. Disamping hal tersebut, Yogyakarta merupakan kota pelajar dengan banyak perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, yang menarik mahasiswa dari seluruh Indonesia. Hal itu ditunjukan dengan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) DIY, yaitu terdapat 20% lebih banyak mahasiswa pendatang daripada mahasiswa asli DIY yang berkuliah di Yogyakarta. Banyaknya jumlah mahasiswa pendatang ini memperkaya keberagaman gaya hidup yang ada di Yogyakarta. Gaya hidup tersebut merupakan gaya hidup urban seperti nongkrong dan menghabiskan waktunya di café. Dari kedua paparan tersebut, perlu adanya wadah yang dapat memfasilitasi gaya hidup mahasiswa/masyarakat pendatang. Wadah tersebut dapat berupa lifestyle center yang mana merupakan perkembangan tipologi dari shopping mall yang berbentuk mall terbuka dan juga tidak lupa untuk merancang lifestyle center yang selaras dengan karakteristik dan budaya masyarakat Yogyakarta.
Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.