1Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Indonesia
2Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Lembaga Riset Internasional Kemaritiman Kelautan dan Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JKT26814, author = {Lorensia Puspita and Luky Adrianto and Ario Damar}, title = {Konektivitas Multi-Dimensi Sistem Sosial-Ekologi dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove (Studi Kasus: Pulau Tanakeke, Sulawesi Selatan)}, journal = {Jurnal Kelautan Tropis}, volume = {28}, number = {2}, year = {2025}, keywords = {Sistem sosial-ekologi; ekosistem mangrove; analisis jaringan; Pulau Tanakeke; pengelolaan berkelanjutan}, abstract = { Characteristically, the mangrove ecosystem on Tanakeke Island, South Sulawesi, is a complex, adaptive system integrated between the ecological system and the social system within it (Social-Ecological System). This study aims to map SES connectivity in mangrove management in Minasa Baji Village using a Social-Ecological Network Analysis (SENA) approach. Data were collected through field observations and in-depth interviews with 55 respondents, including fishers, seaweed farmers, aquaculture farmers, charcoal producers, and other stakeholders. Network analysis identified 46 nodes (actors/components) and 89 edges (relationships), with four key variables: mangrove conditions, commodity prices, fishery yields, and rehabilitation efforts. Results highlight mangroves as the central node (highest degree centrality) in the SES network, strongly linked to economic factors like income and market prices. However, exploitation for livelihoods threatens ecosystem sustainability. The study also reveals governance fragmentation, where policies are poorly integrated with local practices. For sustainable management, a holistic approach integrating ecological, economic, social, and institutional aspects is critical, including community-based monitoring (POKMASWAS) and multi-stakeholder collaboration. Sesuai karakteristiknya, ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke, Sulawesi Selatan, sistem yang kompleks, dan adaptif terintegrasi antara sistem ekologi dan sistem sosial di dalamnya ( Social-Ecological System; SES ). Penelitian ini bertujuan untuk memetakan konektivitas SES dalam pengelolaan mangrove di Desa Minasa Baji menggunakan pendekatan Social-Ecological Network Analysis (SENA). Data dikumpulkan melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam dengan 55 responden, termasuk nelayan, pembudidaya rumput laut, petambak, pembuat arang, dan pemangku kepentingan lainnya. Analisis jaringan mengidentifikasi 46 node (aktor/komponen) dan 89 edge (relasi), dengan empat variabel kunci: kondisi mangrove, harga komoditas, hasil tangkapan, dan aktivitas rehabilitasi. Hasil menunjukkan bahwa mangrove berperan sebagai simpul utama ( highest degree centrality ) dalam jaringan SES, dengan keterkaitan kuat terhadap aspek ekonomi seperti pendapatan ( income ) dan harga ( price ). Namun, tekanan eksploitasi untuk kebutuhan ekonomi mengancam kelestarian ekosistem. Studi ini juga mengungkapkan fragmentasi dalam tata kelola ( governance ), di mana kebijakan pemerintah belum terintegrasi secara optimal dengan praktik lokal. Untuk mencapai pengelolaan berkelanjutan, diperlukan pendekatan holistik yang memadukan aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan, termasuk penguatan peran pemantauan berbasis masyarakat ( POKMASWAS ) dan kolaborasi multi-stakeholder. }, issn = {2528-3111}, pages = {255--264} doi = {10.14710/jkt.v28i2.26814}, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt/article/view/26814} }
Refworks Citation Data :
Characteristically, the mangrove ecosystem on Tanakeke Island, South Sulawesi, is a complex, adaptive system integrated between the ecological system and the social system within it (Social-Ecological System). This study aims to map SES connectivity in mangrove management in Minasa Baji Village using a Social-Ecological Network Analysis (SENA) approach. Data were collected through field observations and in-depth interviews with 55 respondents, including fishers, seaweed farmers, aquaculture farmers, charcoal producers, and other stakeholders. Network analysis identified 46 nodes (actors/components) and 89 edges (relationships), with four key variables: mangrove conditions, commodity prices, fishery yields, and rehabilitation efforts. Results highlight mangroves as the central node (highest degree centrality) in the SES network, strongly linked to economic factors like income and market prices. However, exploitation for livelihoods threatens ecosystem sustainability. The study also reveals governance fragmentation, where policies are poorly integrated with local practices. For sustainable management, a holistic approach integrating ecological, economic, social, and institutional aspects is critical, including community-based monitoring (POKMASWAS) and multi-stakeholder collaboration.
Sesuai karakteristiknya, ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke, Sulawesi Selatan, sistem yang kompleks, dan adaptif terintegrasi antara sistem ekologi dan sistem sosial di dalamnya (Social-Ecological System; SES). Penelitian ini bertujuan untuk memetakan konektivitas SES dalam pengelolaan mangrove di Desa Minasa Baji menggunakan pendekatan Social-Ecological Network Analysis (SENA). Data dikumpulkan melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam dengan 55 responden, termasuk nelayan, pembudidaya rumput laut, petambak, pembuat arang, dan pemangku kepentingan lainnya. Analisis jaringan mengidentifikasi 46 node (aktor/komponen) dan 89 edge (relasi), dengan empat variabel kunci: kondisi mangrove, harga komoditas, hasil tangkapan, dan aktivitas rehabilitasi. Hasil menunjukkan bahwa mangrove berperan sebagai simpul utama (highest degree centrality) dalam jaringan SES, dengan keterkaitan kuat terhadap aspek ekonomi seperti pendapatan (income) dan harga (price). Namun, tekanan eksploitasi untuk kebutuhan ekonomi mengancam kelestarian ekosistem. Studi ini juga mengungkapkan fragmentasi dalam tata kelola (governance), di mana kebijakan pemerintah belum terintegrasi secara optimal dengan praktik lokal. Untuk mencapai pengelolaan berkelanjutan, diperlukan pendekatan holistik yang memadukan aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan, termasuk penguatan peran pemantauan berbasis masyarakat (POKMASWAS) dan kolaborasi multi-stakeholder.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Kelautan Tropis is published by Departement of Marine Science, Faculty of Fisheries and Marine Science, Universitas Diponegoro under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.