Bubur India di Masjid Jami’ Pekojan Semarang: Kuliner Sebagai Sarana Islamisasi

Siti Maziyah, Alamsyah Alamsyah, Sutejo Kuwat Widodo

Abstract


Semarang merupakan salah kota pelabuhan pada masa lalu. Jejaknya terlihat pada beberapa kampung yang mengindikasikan bahwa kampung itu dihuni oleh salah satu etnis pendatang. Salah satunya adalah Kampung Pekojan, tempat tinggalnya kaum Koja, yaitu sekelompok masyarakat India Muslim yang berasal dari Gujarat. Hal menarik pada kampung ini terjadi pada setiap bulan Ramadhan, yaitu selalu disajikannya bubur India di Masjid Jami’ Pekojan sebagai menu utama untuk berbuka puasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asal-usul dan tujuan disajikannya kuliner ini di Masjid Jami’ Pekojan.  Mengapa kuliner ini menjadi menu utama untuk berbuka puasa di Masjid Jami’ Pekojan Semarang? Siapakah yang terlibat dalam penyiapannya, serta siapakah yang diperkenankan untuk menikmati kuliner ini? Untuk menjawab permasalahan di atas digunakan beberapa metode penelitian. Pertama, digunakan studi pustaka untuk mengetahui lebih lanjut berkaitan dengan Masjid Jami’ Pekojan Semarang beserta warisan budaya kulinernya yang khas itu. Selanjutnya dilakukan observasi untuk mengetahui cara pembuatannya serta wawancara terhadap tak’mir Masjid Jami’ Pekojan yang berkaitan dengan sejarah bubur India, orang-orang yang bertugas untuk menyiapkannya, serta orang-orang yang diperkenankan untuk menikmati kuliner itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi pembuatan bubur India di Masjid Jami’ Pekojan Semarang telah dilakukan selama 100 tahun lebih bersamaan dengan pembangunan masjid itu. Salah satu tujuan disajikannya bubur India disajikan sebagai menu berbuka puasa  di Masjid Jami’ Pekojan Semarang adalah untuk menarik dan merekatkan masyarakat Islam pada masjid tersebut sebagai salah satu warisan budaya yang dibangun oleh masyarakat Koja di Semarang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bubur India merupakan sarana rekayasa budaya untuk Islamisasi di Semarang.


Keywords


bubur india; masjid jami’ pekojan; semarang; rekayasa budaya; islamisasi

Full Text: PDF

DOI: 10.14710/anuva.5.2.341-352