skip to main content

FAKTOR SOCIAL EKONOMI DAN PERSEPSI PENGRAJIN TEMPE DALAM PENGGUNAAN BAHAN BAKU KEDELA (STUDI KASUS DI SENTRA INDUSTRY TEMPE SANAN )

*Kukuk Yudiono  -  Universitas Katolik Widya Karya Malang, Indonesia
Edi Dwi Cahyono  -  Brawijaya University Malang, Indonesia
Open Access Copyright 2019 Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Menganalisis faktor sosial ekonomi yang memengaruhi keputusan pengrajin tempe dalam menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku tempe; (2) Mendeskripsikan persepsi pengrajin tempe terhadap jenis kedelai yang digunakan sebagai bahan baku tempe. Metode penelitian dalam penentuan lokasi dilakukan dengan purposive (sengaja)  yaitu di sentra industri tempe Sanan, kota Malang.  Penentuan responden menggunakan metode sensus dengan jumlah sampel 36 responden.  Metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.  Metode analisis data untuk menjawab tujuan dari penelitian ini adalah analisis regresi berganda dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi meliputi hasil produksi, harga kedelai, jumlah tenaga kerja dan kwalitas kedelai secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pengrajin tempe dalam menggunakan kedelai impor yang ditunjukkan dengan nilai F hitung > F tabel, dimana diperoleh hasil  sebesar 79,795 dengan nilai signifikansi (0,000).  Analisis regresi berganda faktor sosial ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap keputusan pengrajin tempe dalam membuat tempe memiliki nilai koefisien nyata dan signifikansi yang diperoleh 0,000. Persepsi pengrajin tempe terhadap kontinuitas produk dan harga dari jenis kedelai yang digunakan bahwa kedelai impor memberikan pemahaman bahwa pengrajin tempe sangat mudah mendapatkan informasi mengenai pasokan kedelai impor dan harga yang sedang berlaku.  Semua pengrajin menggunakan bahan baku kedelai impor berdasarkan persepsi bahwa kedelai impor: a) bijinya besar, b) tempenya lebih mengembang, c) ketersediaan continue, d) harga lebih murah, e) bijinya seragam dan lebih bersih, f) warna cerah, dan mudah mendapatkan informasi baik dari paguyuban atau koperasi.
Fulltext View|Download
Funding: Universitas Katolik Widya Karya Malang

Article Metrics:

  1. Kotler dan Keller, Manajemen pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga, (2000)
  2. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta
  3. McGuire, M.C. (1973) Notes on Grants- in-aid and Economic Interactions amongGovernments, Canadian Journal of Economics, 6, pp.207-221
  4. Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saldana,J. 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press
  5. Setiadi, Perilaku Konsumen: Perspektif kontemporer pasa motiv, Tujuan dan keinginan konsumen. Jakarta: Kencana, (2013)
  6. Sumarwan, Ujang. 2014. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Ghalia Indonesia. Bogor
  7. Sunyoto, D., 2013. Teori, kuisioner dan analisis data untuk pemasaran dan perilaku konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu
  8. Sutawi, M.P., 2002. Manajemen Agribisnis. Bayu media. UMM Perss
  9. Syarifudin, A. (2015). Produksi kedelai Indonesia, Detik.Com, tersedia di : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3103919/cerita-ri-yang-dulu-sempat-swasembada-kedelai-di-1990-1992

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.