skip to main content

Pelatihan Survei Entomologi Berbasis Masyarakat dan Mitra Dalam Rangka Penguatan Sistem Surveilans Filariasis di Kota Pekalongan

*Nurjazuli Nurjazuli orcid scopus  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia
Onny Setiani  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia
Tri Joko  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia
Mursid Raharjo  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia
Yusniar Darundiati  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Latar belakang: Filariasis limfatik merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai daerah endemis di Indonesia, termasuk Kota Pekalongan. Upaya eliminasi penyakit ini telah dilakukan melalui pemberian obat pencegahan massal dan edukasi, namun hasilnya belum optimal akibat keterbatasan partisipasi masyarakat, kondisi lingkungan yang mendukung berkembangnya vektor nyamuk, dan rendahnya kepatuhan terhadap pengobatan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penguatan sistem surveilans berbasis komunitas menjadi strategi penting, khususnya melalui pendekatan surveilans entomologi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan mitra dalam pelaksanaan survei entomologi guna memperkuat sistem deteksi dini penyebaran filariasis.

Metode: Metode yang digunakan meliputi pelatihan teori dan praktik lapangan, koordinasi lintas sektor, serta pelibatan mahasiswa sebagai agen edukasi dan pelaksana teknis. Pelatihan ini melibatkan 21 peserta dari unsur masyarakat dan akademisi, dilaksanakan selama dua hari dengan materi mengenai pengendalian filariasis dan teknik penangkapan nyamuk.

Hasil: Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan keterampilan peserta dalam melakukan surveilans vektor, serta keberhasilan identifikasi tiga spesies nyamuk potensial penular filariasis: Culex quinquefasciatus, Culex tritaeniorhynchus, dan Aedes aegypti. Partisipasi aktif masyarakat dan dukungan institusional dari mitra lokal menjadi kunci keberhasilan kegiatan ini. Dengan demikian, pelatihan ini tidak hanya meningkatkan kesiapsiagaan terhadap filariasis, tetapi juga menjadi model replikasi surveilans entomologi berbasis masyarakat di wilayah endemis lainnya.

Simpulan: Kegiatan pengabdian ini berhasil memperkuat kapasitas masyarakat dan mitra lokal dalam surveilans entomologi filariasis. Telah teridentifikasi vektor utama (Culex quinquifasciatus, Culex  tritaeniorhynchus, dan Aedes aegypti). Pelibatan lintas sektor khususnya dari unsur kelurahan, puskesmas, institusi pendidikan, dan organisasi masyarakat perlu diperluas untuk menciptakan ekosistem surveilans partisipatif yang holistik dan inklusif.

Fulltext View|Download
Keywords: filariasis; surveilans entomologi; peran masyarakat dan mitra

Article Metrics:

  1. Abdul, G., Suharyo, H., Sayono, S., & Argo, G.G. (2024). Keanekaragaman, Kelimpahan Nisbi, Frekuensi dan Dominansi Nyamuk di Daerah Endemis Filariasis Kota Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 23(3): 334-340. https://doi.org/10.14710/jkli.23.3.334-340
  2. Aisyah Dewi Nur, et al. (2022). The Spatial-Temporal Distribution of Chronic Lymphatic Filariasis in Indonesia: A 18-Year Registry-Based Analysis. Microbiology Research, 13(4), 681–690. https://doi.org/10.3390/microbiolres13040049
  3. Bockarie, M.J. & Kelly-Hope, L.A. (2020). ‘Mass Drug Administration and the Elimination of Lymphatic Filariasis.’ Current Opinion in Infectious Diseases, 33(5), pp.431–437
  4. Kermelita, D., Kesumawati Hadi, U., Soviana, S., Tiuria, R., & Novianto, D. (2024). Species diversity, mosquito behavior, and microfilariae detection in vectors and reservoirs in filariasis-endemic areas of Bengkulu, Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 25(9), pp.3125–3131. https://doi.org/10.13057/biodiv/d250934
  5. Michael, E., Bundy, D.A.P. & Grenfell, B.T. (2017). ‘Reassessing the Global Prevalence and Distribution of Lymphatic Filariasis: A Call for Updated Surveillance and Modelling Approaches.’ Parasitology, 144(7), pp.930–940. DOI: 10.1017/s0031182000066646
  6. Nurjazuli, N., Setiani, O., & Lubis, R. (2018). Analysis of lymphatic filariasis transmission potential in Pekalongan city, central Java, Indonesia. Asian Journal of Epidemiology, 11(1), 20–25. DOI: 10.3923/aje.2018.20.25
  7. Pemerintah Kota Pekalongan. (2023). Evaluasi POPM Filariasis, Ratusan Masyarakat Kota Pekalongan Diambil Survey Darah Jari. [ https://pekalongankota.go.id/berita/evaluasi-popm-filariasis
  8. Ramadhani, T. (2008). Filariasis Limfatik di Kelurahan Pabean Kota Pekalongan. Kesmas, 3(2), 51–56. Https://doi.org/10.21109/kesmas.v3i2.229
  9. Service, M. W. (1993). Community participation in vector-borne disease control. Annals of Tropical Medicine & Parasitology, 87(3), 223–234. https://doi.org/10.1080/00034983.1993.11812760
  10. Naing C, Htet NH, Aung HH, Whittaker MA (2023) Community engagement in health services research on elimination of lymphatic filariasis: A systematic review. PLOS Glob Public Health 3(1): e0001226. https://doi.org/10.1371/ journal.pgph.0001226
  11. Siwiendrayati, A., Pawenang, E.T., & Indarjo, S. (2020). Filariasis Vulnerability Zonation Based on Environmental and Behavioural Aspects in Pekalongan City, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science
  12. Suruati, E., & Wiwoho, B.S. (2021). Transmission elimination of lymphatic filariasis using spatial autocorrelation. Journal of Physics: Conference Series, 1869(115)
  13. World Health Organization (2020). Lymphatic Filariasis. [online] Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/lymphatic-filariasis Accessed 19 May 2025

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.