skip to main content

The Remnants of Ancient Java as a Sign System in Bagelen Central Java

*Niken Wirasanti  -  Department of Archeology, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Citation Format:
Abstract

This research explored the cultural traces of the Ancient Mataram community in South Kedu, Bagelen region, Central Java. There areabundant archaeological data to study these traces – Hindu and Buddhist statues, lingga-yonilingga pathok, rings, lamps, and fiveinscriptions, namely the Watukura (902 AD, Kayu Ara Hiwang (911 AD), Sipater (circa 900 AD), Ayam Têas (901 AD), and Pendem (881 AD). In addition, there are more than 26 archaeological sites in Bagelen region. Statues, lingga-yoni, lamps, and rings are correlated with the contents of the inscriptions, all of which show how the system and social structure of the residents worked and functioned in Bagelen region. These artifacts are a system of sign that describes the religious activities during the Rakai Watukura Dyah Balitung period of the Ancient Mataram. The research was aimed to obtain an overview of how material culture as a sign system is interpreted by the community. The research method used was a structural approach by analyzing signs and meanings of artifact data and inscriptions. The findings showed how the manifested culture in Bagelan region reflected a certain spirituality concept with local and cultural identification.

Fulltext View|Download
Keywords: Inscription; Statues; Bagelen; Ancient Mataram; Local Cultural Identity

Article Metrics:

  1. Atmojo, S. K. (1984). Prasasti Sipater dan prasasti Wankud. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Unpublished
  2. Atmojo, S. K. (1991). Identitas Bagelen dalam kaitannya dengan masalah hari jadi Purworejo. Unpublished
  3. Bernet-Kempers, A. J. (1959). Ancient Indonesian art. Cambridge, Masachuetts, & Harvard: University Press
  4. Bhattacharjee, S., Bora, J., & Beypi, J. Interaction between great and little tradition: The dimension of Indian culture and civilization. International Journal of Research in Engineering, Vol 6, 1-7
  5. Boechari (1962). Rakryān Mahamantri i Hino, Sri Sanggramawijaya Dharmaprasadottunggadewi. Laporan Konggres Ilmu Pengetahuan Nasional Kedua, Jakarta.: 53-84
  6. Boechari (1977). Manfaat studi Bahasa dan Sastra Jawa Kuna, ditinjau dari segi sejarah dan arkeologi. Majalah Arkeologi, 1(1), 5-30
  7. Boechari (1985/2013). Kerajaan Mataram kuna sebagaimana terbayang dari data prasasti. Makalah di Museum Nasional 1 November. In Buku Melacak Sejarah Kuna Indonesia lewat Prasasti. (pp. 183-197) Jakarta: Gramedia
  8. Darmosoetopo, R. (2003). Hubungan Tanah Sīma dengan bangunan keagamaan di Jawa pada Abad IX-X TU. Yogyakarta: Prana Pena
  9. Geertz, C. (1973). The interpretation of culture. New York: Basic Group
  10. Haryono, T. (1997). ). Makanan tradisional dari Kajian Pustaka Jawa, Makanan Tradisional dalam pandangan budaya dan keamanannya. Dies UGM ke -47, Yogyakarta: Unpublished
  11. Haryono, T. (1999). Sang Hyang Watu Têas dan Sang Hyang Kulumpang: Perlengkapan ritual upacara penetapan Sīma pada masa Kerajaan Mataram Kuna. Humaniora, 11(3), 14-21
  12. Kartakusuma, R. (1996). Obyek upacara Sīma pada masyarakat Jawa Kuna Abad IX-XMasehi (Kajian awal tentang Lumpang Batu berdasarkan Prasasti Panggumulan dan Prasasti Rukam). Yogyakarta: API. 412-413
  13. Koentjaraningrat (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
  14. Kulke, H. (1991). Epigraphical references to the city and the state in early Indonesia. Indonesia 52, 3-22 Magetsari, (1980). Kemungkinan agama sebagai alat pendekatan dalam penelitian arkeologi klasik. Jakarta: PIA II, Unpublished
  15. Penadi, R. (1993). Menemukan kembali jatidiri Bagelen dalam rangka mencari hari jadi. Research Report, Lembaga Studi dan Pengembangan Sejarah Budaya, Unpublished
  16. Piliang, Y. A. (2012). Semiotika dan hipersemiotika: Kode, gaya dan matinya makna. Bandung: Penerbit Matahari
  17. Pradana, Y. (2017). Kebijakan penguasa dalam pelestarian bangunan keagamaan pada masa pemerintahan Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 Masehi). Amerta, 35(1), 1-74
  18. Sedyawati, E. (1986). Local genius dan perkembangan bangunan sakral di Indonesia. Dalam Ayatrohaedi (Eds). Kepribadian Budaya Bangsa 186-192. Local Genius
  19. Setianingsih, R. M. (1991). Sekilas tentang petugas bangunan suci di dalam masyarakat Jawa Kuna. Diskusi Ilmiah Epigrafi. Yogyakarta: Unpublished
  20. Setyawati, N. A., Sudibyo, and Ibrahim, Y. (2018). Kajian hari jadi Kabupaten Purworejo. Unpublished report from UGM and Regional Government of Purworejo
  21. Soekmono, R. (1986). Local genius dan perkembangan bangunan sakral di Indonesia. In Ayatrohaedi (Eds). Kepribadian Budaya Bangsa. Local Genius
  22. Setyobudi, I. (2013). Paradoks struktural Jakob Sumardjo, menggali kearifan lokal Budaya Indonesia. Bandung : Penerbit Kelir
  23. Suhadi, M. (1983). Status tanah/desa perdikan di Jawa. REHPA 1, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 151-180
  24. Wibowo (1964). Sedikit tentang tahun permulaan pemerintahan Balitung. MISI, II(2), 147-154
  25. Wirasanti, N. (2015). Lingkungan candi abad ix-x masehi masa mataram kuna di poros Kedu Selatan – Prambanan (Doctoral Dissertation). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
  26. Wirasanti, N. Murwanto, H. (2020). Reconstruction of a Javanese civilization cultural landscape in 8 ad based on Canggal inscription in Gendol Hill complex, Magelang, Central Java. Indonesian Journal of Geography, 52(1), 128-134
  27. Wurjantoro, E. (2012). Prasasti berbahasa Jawa kuna abad viii-x masehi koleksi Museum Nasional Jakarta (alih aksara dan terjemahan). Jakarta: Museum Nasional
  28. Zoetmulder P. J. (1982). Old Javanese English dictionary. Gravenhage: Martinus Nijhoff

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.